Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Langka, Pengalengan Ikan Minta Impor Dibuka

Pelaku industri pengalengan ikan meminta agar pemerintah memberikan keleluasaan untuk mengimpor ikan, guna menyiasati kekurangan pasokan bahan baku akibat adanya pengaturan kapal asing dan eks-asing.

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri pengalengan ikan meminta agar pemerintah memberikan keleluasaan untuk mengimpor ikan, guna menyiasati kekurangan pasokan bahan baku akibat adanya pengaturan kapal asing dan eks-asing.

Komisaris Utama PT Central Proteinaprima Tbk. Fachrul Razi mengatakan bahwa impor yang dimaksud hanya dilakukan secara temporer, dan dikhususkan untuk ikan cakalang yang menjadi produk ekspor utama dari wilayah Bitung, Sulawesi Utara.

“Kebijakan KKP [Kementerian Kelautan dan Perikanan] itu bagus, terutama untuk jangka panjang. Tapi ada sedikit sisi negatif untuk jangka pendek. Nelayan tradisional kita itu tangkapannya masih sedikit untuk kebutuhan bahan baku pelaku industri,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (24/2/2016).

Dia menjelaskan bahwa di daerah Bitung terdapat tujuh pelaku industri berskala besar yang berasal dari penanaman modal asing. Masing-masing perusahaan tersebut rerata membutuhkan 100-150 ton ikan per hari. Belum lagi untuk pelaku industri yang berskala menengah dan kecil. Sementara pasokan bahan baku yang bisa dipenuhi oleh nelayan tradisional hanya berkisar 100 ton per hari.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan (AP5I) Thomas Darmawan mengatakan bahwa kondisi yang dihadapi di Bitung lebih sulit ketimbang di daerah lain seperti Ambon dan Kendari. Hal tersebut karena Bitung merupakan salah satu sentra industri pengalengan ikan yang memiliki tujuh perusahaan pengalengan bertujuan ekspor yang cukup besar.

“Harus dilihat bahwa kebutuhan bahan baku ini penting. Karena kalau tidak ada, bisa saja terjadi PHK. Ikan ini memang agak sensitif untuk impor karena harus masuk ke karantina. Kalau ingin bantu industrinya, pemerintah harus mempelajari dan mendukung langkah ini [impor sementara],” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa industri pengolahan dan pengalengan mampu menyerap banyak tenaga kerja. “Misalnya untuk mengolah 2.000 ton udang itu perlu 1.000 orang tenaga kerja. Ini juga harus diperhatikan pemerintah, supaya tidak sampai terjadi PHK. Salah satu yang paling dibutuhkan industri ya tentunya ada bahan baku yang cukup.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Shahnaz Yusuf
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper