Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAWASAN INDUSTRI: JIIPE di Gresik Sempurna dalam 10 Tahun

Dalam sepuluh tahun ke depan kawasan industri Java Integrated Industrial Ports and Estate atau JIIPE di Gresik, Jawa Timur bakal dilengkapi sejumlah infrastruktur penunjang yang paling lengkap dibandingkan kawasan serupa lain di Tanah Air.
Ilustrasi kawasan industri/Jabarprov.go.id
Ilustrasi kawasan industri/Jabarprov.go.id

Bisnis.com, GRESIK—Dalam sepuluh tahun ke depan kawasan industri Java Integrated Industrial Ports and Estate atau JIIPE di Gresik, Jawa Timur bakal dilengkapi sejumlah infrastruktur penunjang yang paling lengkap dibandingkan kawasan serupa lain di Tanah Air. 

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan JIIPE merupakan kawasan industri generasi ketiga. Pengkategorian ini merujuk kepada kelengkapan infrastruktur penunjang yang tersedia terutama adanya integrasi antara kawasan industri dengan pelabuhan. 

“Kelengkapan infrastruktur lainnya adalah jaminan listrik, air bersih, pengolahan limbah, hingga perumahan,” ucapnya. 

Pengoperasian JIIPE diharapkan bisa menurunkan biaya logistik sampai dengan 20% dari total biaya produksi. Hal ini disebabkan pembangunannya menjalankan prinsip integrasi sejumlah infrastruktur berupa pelabuhan, jaringan kereta api, dan jalan tol dengan kawasan industri. 

Saat ini JIIPE sedang melakukan proses pembangunan tahap awal yang akan menyerap 3.000 tenaga kerja langsung. Adapun 90% diklaim berasal dari kawasan sekitar. Saat beroperasi penuh kawasan ini akan menyerap sekitar 100.000 tenaga kerja.

 “Pemerintah mendukung pembangunan JIIPE karena ini sejalan dengan program pemerintah [mengurangi biaya logistik] melalui pembangunan kawasan yang terintegrasi,” ucap Saleh. 

Presiden Direktur PT AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengatakan pembangunan JIIPE sampai betul-betul siap diisi tenant disertai kehadiran sejumlah infrastruktur penunjangnya butuh waktu sepuluh tahun. Saat ini sedang dilakukan pengembangan tahap pertama. 

“Kami sudah dapat dukungan dari bupati Gresik dan gubernur Jawa Timur berupa rekomendasi penetapan wilayah usaha, dan kami sedang urus izin-izin lain serta pengadaan sejumlah infrastruktur,” tutur dia. 

Selain pelabuhan ada empat infrasturktur penunjang di JIIPE, yaitu akses jalan tol, rel kereta api, pembangkit listrik, dan infrastruktur pengelolaan air bersih. Setelah beroperasi penuh, kawasan industriluasnya mencapai 1.800 ha, pembangkit listrik sekitar 2.000 MW, kawasan perumahan sekitar 800 ha, dan air bersih dengan kapasitas 1.000 liter per detik. 

Menyertai pembangunan jalan ada tol ada pula rencana pelebaran Jalan Daendels. Untuk tol dibutuhkan pembangunan dari gerbang tol Manyar ke JIIPE sepanjang 7,2 kilometer. Saat ini BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) sudah melakukan studi kelayakan. 

Berdasarkan kajian ternyata rencana tersebut belum layak sehingga akan dibentuk forum tripartit antara JIIPE, BPJT, dan Bina Marga guna membahas lebih lanjut. Sementara Jalan Daendels, Bina Marga dapat membiayai pembangunan tetapi pembebasan lahan dikerjakan Pemda Gresik. 

JIIPE juga mengusulkan pembangunan rel kereta api sepanjang 12 kilometer dari kawasan industri ke stasiun terdekat. Posisi saat ini, JIIPE tengah menyusun studi kelayakannya dan sudah menyampaikan rencana ini kepada Ditjen Perkeretaapian. 

Usulan JIIPE rupanya belum memenuhi persyaratan terkait detail teknis perencanaan yang belum lengkap. Sementara PT KAI saat ini telah melakukan survei topografi di rute yang dimaksud dan menunggu penugasan lebih lanjut dari Ditjen Perkeretaapian. 

Pada sisi lain, Haryanto juga mengungkapkan pihaknya akan membangun tiga pembangkit listrik, yaitu 15 MW bertenaga gas, 500 MW bertenaga gas juga, dan 600 MW bertenaga batu bara. “Tahap pertama kami membangun 15 MW konstruksi dimulai kuartal 2017,” ucapnya. 

Adapun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) berkapasitas 500 MW konstruksi mulai kuartal IV/2018. Pembangkit listrik bertenaga batu bara pembangunnya dimulai kuartal IV/2020. Lahan untuk 15 MW dan 500 MW sudah siap, tinggal tunggu surat rekomendasi dari gubernur. 

Sementara itu terkait sumber air, JIIPE berencana menyediakannya dari dua sumber. Tahap pertama akan dibangun water treatment plant (WTP) pada kuartal pertama tahun depan berkapasitas 2x50 meter kubik per jam. Sumbernya dari Kali Tanggok.

Tahap kedua akan dikerjakan pada kuartal III/2018 dengan sumber air dari Bendung Gerak Sembayar. Kapasitas air dari bendung ini mencapai 1.000 liter per detik. Sekarang JIIPE sedang mengajukan permohonan penggunaan dan pemanfaatan air permukaan kepada pihak terkait. 

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Imam Haryanto menjelaskan JIIPE memenuhi seluruh aspek untuk masuk kawasan industri generasi ketiga. “Mudah-mudahan JIIPE menjadi kawasan industri bintang lima. Investor yang masuk tinggal bawa koper,” katanya. 

Menurut Imam, JIIPE terutama cocok untuk diisi industri berat dan industri kimia. Sekarang sudah ada dua investor yang masuk ke kawasan industri ini, yaitu Clariant perusahaan kimia dan perusahaan garam industri Unichem. 

Secara umum industri yang direncanakan dikembangkan di dalam JIIPE adalah industri berat, industri berbasis CPO, industri kelas menengah dan ringan, serta industri otomotif. “Ketiga satu anchor industri sudah masuk, industri turunannya akan mengikuti,” ucap Imam. 

Secara keseluruhan lahan yang sudah terlego di JIIPE mencapai 40 hektare. Selain ini ada pula 200 hektare yang potential deal. Sepanjang tahun ini diperkirakan bisa terisi sedikitnya 100 hektare dengan harga per meter persegi US$150. 

Guna meningkatkan efisiensi kegiatan ekspor dan impor, JIIPE berencana untuk mengajukan diri sebagai pusat logistik berikat. Untuk juklak pusat logistik berikat ini sedang dibahas dan dijanjikan Bea Cuka akan membantu dan mengawal secara langsung. 

Sementara itu, menyangkut pasokan gas ke JIIPE, baik PT PGN dan PT Pertagas menyatakan siap mendukung. Menurut SKK Migas, merekomendasikan sumber gas bisa dialirkan dari Lapangan Bontang dan Tangguh. 

JIIPE terdiri dari pelabuhan dan kawasan industri. Pelabuhan dikelola PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS) sedangkan kawasan industri ditangani PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS). 

BMS dan BKMS  merupakan perusahaan patungan dari PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) dan PT Usaha Era Pratama Nusantara (UEPN). Adapun BJTI adalah anak usaha Pelindo III sedangkan UEPN milik PT Aneka Kimia Raya (AKR) Corporindo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper