Bisnis.com, SURABAYA - Lapindo Brantas Inc. memastikan hanya membor sumur Tanggulangin atau TGA 6 dan 10 di Sidoarjo, Jawa Timur sampai kedalaman 2.600 kaki di bawah tanah karena mempertimbangkan aspek sosial.
Vice President Operation Lapindo Brantas Inc. Harsa Harjana menjelaskan aspek sosial yang dimaksud terkait dengan sentimen negatif masyarakat sekitar. Mereka mengalami trauma terhadap pemboran migas yang dilakukan Lapindo karena berujung dengan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
"Pemboran sebetulnya bisa sampai ke 3.200 kaki dengan berbagai resiko yang kami yakini bisa diselesaikan. Tapi kenapa cuma memilih sampai 2.600 kaki karena kami ingin hindari resiko yang tidak diinginkan walaupun secara teknis bisa diatasi," ucapnya dalam jumpa pers, di Surabaya, Jumat (12/2/2016).
Lapindo menekankan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari TGA 6 dan 10. Lokasi pemboran jauh dari sumber semburan lumpur di Porong, sebagai contoh TGA 6 titiknya berjarak 4 kilometer dari pusat semburan dan 2,5 km dari tanggul terluar.
Harsa mencontohkan sumur TGA 5 yang dekat dengan semburan lumpur sejauh inipun tetap berproduksi normal. Tidak ada indikasi alirannya lari ke lokasi lumpur maupun lumpur masuk ke sumur ini.
Selain itu, syarat minimal jarak lokasi pemboran dan permukimanpun sudah dipenuhi. "Jarak sumur minimal 100 m dari permukiman. Jadi secara jarak dengan permukiman sudah sangat aman," ujar Harsa.
Saat ini Tanggulangin memiliki lima sumur, yaitu TGA 1, 2, 3, 4, dan 5. Total produksi gas dari lima sumur ini diklaim maksimal sekitar 5 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). TGA 6 dan 10 akan menghasilkan 5 MMscfd sehingga total produksi mencapai 10 MMscfd.
Harsa menyatakan apabila dibor lebih dalam sebetulnya selain gas, Lapindo juga bisa menyedot minyak bumi. Adapun potensi minyak dari kedua sumur TGA yang baru sekitar 1 juta barel.
Apabila aspek sosial seperti penolakan warga dapat teratasi segera, Lapindo menargetkan bisa mulai membor TGA 6 dan 10 pada Maret 2016, sekarang tahap pengerukan tanah. Dengan begini ditargetkan setidaknya pada akhir tahun ini sumur sudah mulai berproduksi.
Gas yang dihasilkan dari Tanggulangin dijual kepada Pertagas Niaga dan Indogas untuk didistribusikan ke konsumen. Pertagas menangani distribusi untuk jaringan gas rumah tangga, sedangkan Indogas untuk industri.
"Jadi sebetulnya masyarakat sekitar juga sudah menikmati gas kami, lewat jaringan rumah tangga. Adapun Pertagas Niaga kami distribusikan MMscfd sisanya ke Indogas," ucap dia.
Saat ini hampir seluruh perizinan sudah dikantongi Lapindo, baik dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) maupun bupati Sidoarjo. Sedangkan izin dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi harus menunggu pemboran siap dilakukan dan rig tiba di lokasi.
Vice President Corporate Communication Lapindo Brantas Inc. Hesti Armiwulan menegaskan Lapangan Tanggulangin sudah bisa dikatakan layak melakukan pemboran. Surat dari SKK Migas menjadi salah satu indikator sejauh mana kesiapan dan keamanan dari proses penyedotan gas bumi di lapangan ini.
"Persoalan izin rupanya tidak menyelesaiakan masalah karena ada masalah lain terkait sosial masyarakat," tuturnya.
Oleh karena itu, sejauh ini belum ada aktivitas pemboran di Tanggulangin melainkan baru pengerukan tanah. Lapindo mengaku siap dipantau lebih ketat lagi selama mengoperasikan Tanggulangin guna menenangkan kekhawatiran masyarakat yang trauma dengan semburan lumpur di Porong.
"Kami ingin membangun kepercayaan masyarakat," ucap Hesti.
Saat ini Lapindo mengoperasikan area pemboran migas di darat maupun lepas pantai seluas 3.050 kilometer persegi. Ini terdiri dari daratan 1.480 kilometer persegi dan lepas pantai 1.570 kilometer persegi. Lapangan yang berproduksi ada di darat yakni Lapangan Wunut dan Tanggulangin.
Wunut berproduksi sejak 1998 sedangkan Tanggulangin sejak 2008. Di Wunut ada 21 sumur yang menghasilkan 3 MMscfd, sedangkan TGA lima sumur.
Lapindo Batasi Potensi Tanggulangin 6 dan 10
Lapindo Brantas Inc. memastikan hanya membor sumur Tanggulangin atau TGA 6 dan 10 di Sidoarjo, Jawa Timur sampai kedalaman 2.600 kaki di bawah tanah karena mempertimbangkan aspek sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Andhina Wulandari
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu