Bisnis.com, JAKARTA - Pernah mendengar buah gowok? Buah yang masuk anggota jambu-jambuan ini juga dikenal dengan nama kupa atau kepa ini banyak tumbuh di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Buah ini dikenal karena memiliki khasiat sebagai obat diare, kencing manis, dan sakit maag. Kini gowok semakin sulit ditemui.
Tidak hanya buah gowok, beberapa pangan lokal kini juga semakin jarang dikonsumsi. Padahal, keberadaan aneka pangan asli Indonesia ini merupakan kekayaan yang tidak ternilai. Di perkotaan, keberadaan supermarket dan restoran cepat saji turut berkontribusi menggusur keberadaan aneka pangan lokal tersebut.
Berawal dari keprihatinan itulah sejumlah anak muda menginisiasi Youth Food Movement (YFM) pada 2011. Saiful Munir, salah seorang penggagas gerakan tersebut, menceritakan gerakan ini bermula dari hobi sejumlah mahasiswa mengisi waktu libur dengan berkunjung ke desa-desa. Para mahasiswa ini biasanya mendatangi sejumlah kelompok tani di beberapa daerah sebagai aktivitas libur kuliah.
“Jadi ada beberapa kawan yang punya hubungan dekat dengan para petani di beberapa daerah di Indonesia,” katanya.
Berawal dari interaksi dengan petani tersebut muncul keprihatinan soal keberadaan pangan lokal di pasaran. Menurut Munir, para petani banyak mengalami persoalan terkait dengan distribusi hasil produksi mereka. Selain itu, beragam produk ini juga harus bersaing dengan produk-produk lain yang diimpor dari luar negeri. Hasil kebun berupa jeruk medan misalnya, harus bersaing dengan jeruk mandarin di pasar.
Munir menuturkan aktivitas YFM didesain dengan populis agar bisa menarik dukungan dari generasi muda. Menurutnya, isu kedaulatan pangan dan petani selama ini dikampanyekan secara serius dan kaku sehingga sulit mencari simpati di kalangan anak muda. Saat ini, komunitas YFM digerakkan oleh sekitar 20 orang dari berbagai latar belakang.
Kegiatan utama YFM juga banyak menggunakan media sosial. Mereka menggelar diskusi-diskus di kampus-kampus tentang bagaimana mempopulerkan pangan lokal. Pada 2013, YFM menggelar konser amal dengan mengundang sejumlah musisi seperti Navicula dan Fadly ‘Padi’ demi mempopulerkan gerakan kedaulatan pangan.
“Saat ini latar belakang anggota YFM bermacam-macam mulai dari mahasiswa, aktivis LSM, penulis, wartawan, pekerja kantoran, dan ibu rumah tangga,” tambahnya.
Blusukan ke Pasar
Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh YFM adalah memasak. Para anak muda ini biasanya mencoba berbagai resep jajanan lokal dengan menggunakan bahan dari dalam negeri. Kegiatan memasak ini biasanya dihadiri banyak anggota yang tertarik terhadap pangan lokal ini.
Kegiatan memasak akan di mulai dengan blusukan ke pasar-pasar tradisional. Di pasar tradisional inilah mereka biasanya mendapatkan aneka pangan lokal yang sulit didapatkan, termasuk buah gowok. Beberapa pasar yang biasa disambangi antara lain Pasar Minggu, Pasar Ciputat, dan Pasar Tebet.
Setelah selesai memasak, acara biasanya dianjutkan dengan berdiskusi antara anggota. Biasanya, YFM akan mengundang para petani dari berbagai daerah seperti Bogor, Sukabumi, Medan, Palembang, dan Surabaya. Munir berharap akan terjalin komunikasi antara para pemuda tani yang menjadi produsen pangan dengan kaum urban yang menjadi konsumennya,
Dengan gerakan yang simpel dan sederhana ini, para anggota YFM meyakini keberadaan pangan lokal akan semakin diperhitungkan. Di balik itu, gerakan kedaulatan pangan diharapkan bisa menjembatani hubungan antara petani sebagai produsen pangan dengan masyarakat perkotaan yang menjadi konsumennya.
Jadi, ayo populerkan kembali pangan lokal.