Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku usaha menilai kebijakan pemerintah membuka kepemilikan asing hingga 100% untuk sektor jalan tol tidak akan mengancam investor lokal. Pasalnya, pola investasi di jalan tol masih belum banyak diminati banyak investor asing.
Ketua Asosiasi Tol Indonesia (ATI) Fatchur Rochman mengungkapkan bahkan ketika porsi kepemilikan asing di jalan tol dibatasi maksimum 95%, tidak banyak investor asing yang tertarik menanamkan investasinya di Indonesia. Masa pembangunan proyek yang mamakan jangka waktu panjang, serta tantangan di pembebasan lahan membuat investasi jalan tol dinilai sebagai investasi yang berisiko tinggi.
“Menurut saya tidak menjadi bagian yang perlu dikhawatirkan, karena bahannya, material semua ada di Indonesia, asing hanya investasi. Berbeda dengan sektor lain yang memerlukan bahan impor,” ujarnya, Jumat (05/02).
Dia mencontohkan beberapa konsesi tol yang sebelumnya dimiliki asing juga akhirnya dilepas ke investor lokal. Salah satunya konsesi tol Solo-Ngawi-Kertosono yang sebelumnya dimiliki oleh PT Thiess Contractors Indonesia, anak perusahaan Thiess Bros Pty Ltd asal Australia, dan PT Ferino Putra selaku pemegang saham PT Solo Ngawi Jaya dan PT Ngawi Kertosono Jaya, akhirnya diakuisisi oleh Jasa Marga.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengungkapkan kebijakan ini mestinya tidak dianggap sebagai ancaman bagi investor lokal, melainkan tantangan untuk menjadi lebih efisien. Lagipula, ujarnya, prinsip kompetisi pada proses tender tetap menjadi faktor penentu pemenang proyek.
“Prosesnya kan tetap melalui tender, baik asing atau lokal tidak dibedakan, kita cari yang penawarannya paling efisien,” ujarnya.
Dia menegakan posisi investor lokal tetap kuat di persaingan mendapatkan konsesi tol, karena bagaimanapun pendapatan dari investasi jalan tol menggunakan rupiah. Material konstruksi pun masih menggunakan bahan lokal, ujarnya, sehingga investor lokal tetap diuntungkan.
Menurutnya, hingga kini UEM Group Berhard tercatat sebagai investor asing yang memiliki konsesi tol di Indonesia. Perusahaan asal Malaysia itu melalui anak usahanya Plus Expressways Berhad memegang porsi 55% dalam PT Lintas Marga Sedaya, pemilik konsesi tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116,7 km.
Adapun saat ini, Malaysia masih menjadi negara asing yang paling progresif mengembangkan bisnis tolnya di tanah air. Setelah Cipali, investor asal negeri jiran ini melalui beragam perusahaan tercatat mengikuti tender proyek tol, di antaranya Manado-Bitung , Balikpapan-Samarinda, dan Pandaan—Malang.
Sementara itu, Malaysia dan China juga tengah bersaing mendapatkan konsesi Batang—Semarang. Adapun Egis Projects SA, investor asal Prancis yang menggandeng PT Nusantara Infrastructure juga bersaing sengan sejumlah investor lokal dalam lelang proyek Serpong—Balaraja.