Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Kalah Bersaing, Toshiba & Panasonic Lighting Tutup Pabrik

Sejumlah asosiasi industri menilai penutupan satu pabrik televisi Toshiba dan dua pabrik lampu Panasonic akibat hilangnya daya saing produsen Jepang dihadapan China dan Korea Selatan.
Muhammad Abdi Amna
Muhammad Abdi Amna - Bisnis.com 03 Februari 2016  |  14:35 WIB
Kalah Bersaing, Toshiba & Panasonic Lighting Tutup Pabrik
Manufaktur China - Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah asosiasi industri menilai penutupan satu pabrik televisi Toshiba dan dua pabrik lampu Panasonic akibat hilangnya daya saing produsen Jepang dihadapan China dan Korea Selatan.

Ali Soebroto Oentaryo, Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), mengatakan pabrik televisi Toshiba telah dijual kepada investor asal China beberapa waktu lalu. Perusahaan asal Jepang ini diperkirakan akan berhenti memproduksi consumer electronic.

Consumer electronic secara umum tidak menguntungkan dan Jepang tidak kompetitif. Lebih cepat produsen Jepang beralih bisnis ke sektor lain, maka lebih baik untuk perusahaan dan menghentikan kerugian,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/2/2016).

Menurutnya, peralihan Toshiba dari consumer electronic telah terlihat dari penghentian produksi DVD Player dan Audio secara global. Padahal, perusahaan ini merupakan salah satu pionir di dunia untuk kedua produk.

Menurutnya, penutupan pabrik di kedua perusahaan tidak terkait dengan iklim investasi di Indonesia. Hal ini merupakan kepentingan bisnis global. Adapun Panasonic Lighting diprediksi akan menyerahkan produksi kepada perusahaan di China.

“Produsen terbesar TV dan lampu dunia saat ini adalah China. Mereka memiliki seluruh pohon produksi dari hulu ke hilir. Maka ketimbang bangun pabrik sendiri, kedua pabrik ini kami prediksi akan menyerahkan produksi ke China dan me-rebranding dengan merek sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, hingga saat ini sangat sulit menyaingi daya saing China dan Korea Selatan. Untuk meningkatkan daya saing industri elektronika Indonesia, dibutuhkan perbaikan fundamendal, bukan sekadar operasional seperti infrastruktur, logistik, upah buruh dan kredit perbankan.

Pada tahun lalu, lanjutnya, pasar elektronik Indonesia turun 15% dari omzet 2014 yang mencapai Rp40 triliun. Dengan percepatan pengerjaan proyek pemerintah pada tahun ini, penjualan 2016 diperkirakan samai 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

toshiba panasonic elektronika
Editor : Rustam Agus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top