Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah untuk membentuk bisnis agregator sebagai upaya memotong rantai pasokan akan dicoba pada beberapa komoditi dengan menggunakan BUMN.
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan penerapan mekanisme bisnis agregator akan dimulai untuk beberapa komoditas seperti pala, gambir, kayu putih, rempah-rempah, dan kelapa.
Implementasi mekanisme bisnis agregator tersebut juga diharapkan mampu mengambil peran negara-negara lain untuk jasa-jasa bernilai tambah pada komoditas tersebut.
Komoditas seperti gambir, selama ini dibeli oleh padagang India dari petani dalam negeri. Mereka menjamin mutu, volume, dan konsistensinya.
Sementara kelapa, dibeli oleh pedagang Thailand dan Filipina. Mereka juga yang melakukan pengolahan, pensortiran, pengemasan, serta penjaminan mutu dan konsistensi.
“Seharusnya nilai tambahnya di situ, bukan pertaniannya,” kata Thomas pada akhir pekan ini.
Untuk menerapkan bisnis agregator, menurutnya e-commerce bisa sangat berperan dengan membentuk online marketplace.
Dengan demikian produsen bisa menawarkan produknya dan konsumen bisa mencari langsung begitu banyak memotong lapisan-lapisan perantara.
Thomas menyebutkan akan ada satu hingga dua BUMN yang nantinya akan diberikan wewenang untuk mengelola bisnis agregator tersebut. Kendati demikian, menurutnya kerja sama dengan sektor swasta untuk merealisasikan konsep tersebut cukup penting.
Saat ini sektor swasta masih memegang 75% dari perekonomian. Sementara omset BUMN Secara kelompok diperkirakan mencapai 25% dari total perekonomian Indonesia. Sehingga keterlibatan sektor swasta masih tetap harus dilakukan.