Bisnis.com, SURABAYA - Bisnis kafe dan restoran di Jawa Timur hanya tumbuh 5% sepanjang 2015 akibat gejolak kurs rupiah yang mengurangi jumlah konsumen sekaligus mengerek biaya produksi.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Mufid Wahyudi mengatakan kinerja itu turun dari tahun sebelumnya yang sempat tumbuh 30%.
"Kami menyiasati dengan efisiensi, mepetin marjin. Ya akhirnya bisa tumbuh 5%," ungkapnya seusai penandatanganan nota kesepahaman pasokan bahan baku dengan Pandu Tani Indonesia (Patani), Jumat (29/1/2016).
Volatilitas nilai tukar yang belum mereda awal tahun ini membuat Apkrindo tak berani memasang target terlalu tinggi. Mufid menyebutkan pertumbuhan 10% sudah cukup baik dalam kondisi serba tidak pasti saat ini.
Meskipun demikian, tutur dia, bukan berarti pengusaha berhenti membuka gerai baru. Ekspansi, ujar Presiden Direktur Black Canyon Coffee ini, justru penting untuk mempertahankan laba. Kuncinya, kata dia, mencari lokasi dengan potensi pasar yang besar.
"Kami menyebutnya konsolidasi. Keuntungan dari gerai yang penjualannya bagus akan mengompensasi gerai lain yang kurang bagus. Beberapa pemilik restoran tidak menutup gerai yang kurang bagus karena berlokasi di tempat yang strategis, misalnya Tunjungan Plaza. Kalau gerai ditutup, akan muncul kesan bangkrut," tuturnya.