Bisnis.com, JAKARTA--Royal Dutch Shell PLC harus menerima kenyataan bahwa harga minyak yang terus turun menyeret keuntungan korporasi hingga 50%.
Seperti dikutip dari MarketWatch, Kamis (21/1/2016), pendapatan hanya terkumpul antara US$1,6 miliar hingga US$1,9 miliar dari semula US$3,3 miliar di tahun sebelumnya, kuartal yang sama.
Keuntungan yang ditargetkan merosot dari US$22,6 miliar di 2014 menjadi berkisar antara US$10,4 miliar hingga US$10,7 miliar saja.
Shell merupakan salah satu perusahaan besar di bidang migas pertama yang mau membuka informasi keuangannya di empat kuartal 2015 bersama pemegang saham yang akan memilih dalam lelang untuk saingan yang lebih kecil yaitu BG Group PLC.
Bila diterima, Shell akan memiliki proporsi dalam proyek lapangan minyak di Brazil yang bisa menumbuhkan pasar gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).
Namun, tajamnya penurunan harga minyak membuat investor dan analis menghitung biaya yang akan dikeluarkan terlebih dahulu.
Di sisi lain, pekan lalu, Patrick Pouyann, Chief Executive Total di Prancis memperingatkan perusahaannya untuk merevisi laporan dengan penyesuaian laba bersih berkenaan dengan penurunan sebanyak 20% akibat harga minyak.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (21/1/2016), harga minyak WTI dan Brent kembali menyentuh angka US$28 per barel yaitu untuk WTI US$28,67, Brent US$28,17.