Bisnis.com JAKARTA – Badan tenaga atom internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) melakukan kunjungan ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk melakukan penyuluhan mengenai teknik isolasi limbah radioaktif.
Dalam keterangan resminya, sebanyak tiga ahli IAEA yang berasal dari Kuba mengunjungi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PLTN) Batan. Kunjungan itu, terkait dengan program IAEA untuk mengisolasi limbah radioaktif level rendah, atau dikenal dengan Expert Mission on Management Options for Disuses Sealed Radioactive Sources of Category 3-5.
Ketiga ahli tersebut adalah Juan Carlos Benitez Navarro, Juan Miguel Hernandez Garcia dan Milagros De Las Mercedes Saldado. Tujuan dari Expert Mission tersebut adalah untuk berbagi pengalaman dalam mengelola sumber radioaktif terbungkus yang tidak terpakai lagi (Disused Sealed Radioactive Sources/DSRS).
Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Batan Taswanda Taryo mengungkapkan bahwa program tersebut penting bagi peningkatan kapabilitas personel yang mengelola limbah radioaktif.
“Berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia, BATAN bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah radioaktif sehingga kemampuan dalam pengelolaan limbah radioaktif menjadi hal yang mutlak untuk dikuasai,” jelasnya, dikutip Bisnis.com, Selasa (19/1/2015).
Sementara itu, para ahli tersebut akan mengajarkan bagaimana cara pelepasan (dismantling) DSRS kategori 3-5 dari perangkatnya untuk kemudian disimpan dalam kapsul stainless steel dan dikondisioning menggunakan LTSS (Long Term Shielded Storage).
Limbah DSRS kategori 3-5 umumnya berasal dari industri yang semula digunakan dalam berbagai sistem pengukuran (gauging) di pabrik, seperti misalnya pada pengukur ketebalan bahan, densitas bahan, level cairan di dalam tangki, dll.
Seperti diketahui, pada pekan lalu, IAEA melakukan uji coba di Zagreb, Kroasia. Pengujian itu terbukti sukses dari teknologi yang menjanjikan untuk memindahkan dan menyimpan sumber radioaktif tingkat rendah sumber yang disegel. Upaya itu, membuka jalan bagi metode pembuangan baru untuk berurusan dengan volume kecil dari limbah radioaktif di seluruh dunia.
Andrew Tompkins, seorang insinyur nuklir di IAEA, mengungkapkan hampir semua negara menggunakan sumber radioaktif dalam perawatan kesehatan, industri dan sektor lainnya.
Dia mengungkapkan jumlahnya banyak meskipun, tidak memiliki peralatan atau staf yang diperlukan untuk menangani ini setelah bahan tersebut tidak lagi digunakan. IAEA memperkirakan dalam keadaan biasa, negara berkembang menggunakan sumber radioaktif tertutup dapat menghasilkan ratusan sumber bekas dengan rendahnya tingkat radioaktivitas selama beberapa tahun.
"Sumber aktivitas rendah menimbulkan tantangan yang lebih besar karena mereka ada dalam jumlah besar di seluruh dunia dan dalam bentuk dan variasi yang berbeda," kata Andrew.
Di kebanyakan negara berkembang, sumber radioaktif tertutup disimpan sementara. Namun, beberapa negara maju memiliki fasilitas pembuangan dekat dengan permukaan. Kedua hal ini menimbulkan resiko keamanan jika radioaktif tidak terlindungi. “Metode pembuangan baru merupakan solusi jangka panjang untuk masalah ini yang pada akhirnya akan membantu melindungi masyarakat dan lingkungan.”