Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pelaku usaha peternakan unggas mengaku kenaikan harga ayam yang saat ini terjadi merata di pasar nasional merupakan efek langsung dari akumulasi kenaikan biaya produksi ayam broiler dan keinginan pedagang meraup untung yang lebih tinggi.
Gabungan Organaisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) mencatat kenaikan biaya produksi ayam broiler yang harus ditanggung peternak disebabkan terutama oleh dua hal yaitu jumlah induk ayam yang menurun dan harga pakan yang meningkat.
Ketua GOPAN Herry Dermawan menyampaikan saat ini para pelaku industri peternakan terintegrasi yang biasanya memasok ayam usia sehari (day old chicks/DOC) tengah mengurangi suplai ke peternak mitra mereka dan para peternak mandiri.
“Peternak-peternak besar sekarang mengurangi jatah DOC ke peternak rakyat. Suplai DOC turun berkisar 40%. Jadi jumlah yang kami budidaya itu semakin sedikit,” kata Herry saat dihubungi Bisnis, Jumat (15/1).
Dia merujuk pada kesepakatan antara pemerintah dan pelaku usaha pembibitan ayam untuk mengafkir dini sebanyak 6 juta ekor induk ayam (parent stock/PS) guna mengerek kembali harga jual ayam broiler yang dalam dua tahun terakhir terus tergerus ke level di bawah biaya produksinya.
Menurut Herry, akibat dari pengafkiran dini tersebut, penurunan suplai ke peternak kecil justru menjadi tidak proporsional. Dia meminta pemerintah untuk dapat merapikan kembali struktur pasokan DOC dari peternak besar ke peternak rakyat.
“Sekarang harga DOC mencapai RP5.800 per ekor. Sebelumnya [sebelum pengafkiran], harga DOC hanya Rp4.000-Rp4.500 per ekornya,” kata Herry.
Di sisi lain, dia mengungkapkan harga pakan pun meningkat cukup tajam. Sejak akhir tahun lalu harga pakan yaitu Rp7.800, namun kualitasnya menurun karena komposisi jagung yang terpaksa direndahkan oeh pabrik.
Pasalnya, pemerintah membatasi impor jagung untuk perusahana pabrik pakan sejak pertengahan tahun lalu. Di saat yang sama, harga jagung dalam negeri dengan kadar air 14% tengah tinggi. Merespons hal tersebut, pabrik pakan memilih untuk menekan kadar jagung dalam pakan dan menggantinya dengan komposisi lain.
Penurunan kadar jagung ternyata berdampak signifikan. Menurut Herry, peternak unggas yang sebelumnya hanya membutuhkan 28 hari pemeliharaan untuk mencapai bobot unggas 1,5 kilogram, kini harus menunggu hingga 35 hari.
“Jadi hari ini modal peternak Rp21.000, di pasar kalau dengan keuntungan, dijual Rp24.000. Sebetulnya kalau di pasar per kilogram sampai Rp40.000 itu keuntungan yang diambil pedagang itu terlalu tinggi,” ungkap Herry.