Bisnis.com, JAKARTA— Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supraktino memberikan penilaian C+ terhadap realisasi APBN 2015.
Dia mengatakan defisit keseimbangan primer yang terjadi sepanjang 2015 merupakan salah satu indikator rapor merah pemerintah pada 2015.
Asumsi makro lainnya yang juga mendapat rapor merah adalah indeks harga saham gabungan yang sepanjang 2015 minus 12%, realisasi APBN yang hanya 91,2%, dan angka kemiskinan.Selain itu, realisasi pertumbuhan ekonomi hanya 4,75% dari asumsi 5,7%.
Kemudian, realisasi rata-rata nilai tukar rupiah, lifting minyak dan gas juga dinilainya merah di sepanjang 2015.
Selanjutnya, dia memberikan rapor biru pada tiga indikator yaitu laju inflasi tahunan 3,35%, realisasi rata-rata Suku Bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada 2015 mencapai 5,97 % atau sedikit di bawah asumsi, dan realisasi harga minyak mentah mencapai US$50 per barel dari asumsi US$60 per barel.
“Yang biru itu juga termasuk belanja modal pemerintah selama 2015 naik 58% dan inflasi terendah dalam 6 tahun terakhir. Jadi, nilai dalam bidang perkeonomian B- atau C+ secara umum,” ujarnya, dalam acara Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia, di Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Namun, dia menilai secara komparatif dengan negara, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak menorehkan prestasi yang buruk karena China hanya berhasil membukukan satu digit dari yang sebelumnya bisa mencapai dua digit.
“Di DPR akan ada mix judgement. Ada faktor yang bisa diterima, ada juga capaian yang tidak memuaskan,” ucapnya.