Bisnis.com, JAKARTA—Kondisi industri manufaktur Indonesia kembali memburuk pada November. Pabrik-pabrik di Tanah Air mengerem pembelian bahan baku menghadapi kelesuan permintaan.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Selasa (1/12/2015) turun dari 47,8 pada Oktober menjadi 46,9 pada November.
Data PMI menggambarkan perkembangan kinerja industri manufaktur dengan angka 50 atau lebih menunjukkan ekspansi. Indeks manufaktur Tanah Air telah berkontraksi selama 14 bulan berturut-turut.
Rilis dari Markit menyatakan data yang paling signifikan pada survei November adalah penurunan tajam pada aktivitas pembelian bahan baku. Penurunan volume pembelian bahan baku ada di level paling rendah sejak survei dimulai.
Pabrik mengerem pembelian bahan baku karena penumpukan stok barang hasil produksi. Responden menyatakan kenaikan stok barang jadi karena penurunan pesanan dari dalam dan luar negeri.
“Penurunan kinerja manufaktur makin intens pada November. Penurunan hasil produksi tercatat paling tajam sejak April 2011. Inflasi harga bahan baku masih lebih tinggi daripada kenaikan harga barang jadi yang membuat marjin makin ciut,” kata Pollyna de Lima, ekonom dari Markit Economics.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
November | 46,9 |
Oktober | 47,8 |
September | 47,4 |
Agustus | 48,4 |
Juli | 47,3 |
Sumber: Markit Economics