Bisnis.com, JAKARTA--Ekonomi kreatif yang mempunyai potensi besar tenyata masih dianggap sebagai anak tiri meski memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan sebenarnya apapun yang bersumber dari kekayaan intelektual merupakan komoditas dan memiliki nilai ekonomi. Namun, hal itu belum bisa terlihat dikarenakan pengukurannya yang mengalami sejumlah kendala. "Ekonomi kreatif di Indonesia itu masih anak tiri. Film, kuliner, seni pertunjukan, sungguh besarpotensinya," ujarnya saat mengadakan kunjungan ke Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Padahal, film, musik, aplikasi, hingga seni pertunjukan memiliki potensi besar melebihi komoditas lain seperti minyak. Industri ini juga masih terhalang pandangan lama yang memisahkan ekonomi dan budaya. Dia menganggap pandangan baru masa kini bukanlah demikian. Ekonomi dan budaya adalah mata uang baru. "Paradigma lama itu ekonomi atau budaya. Paradigma baru, ekonomi dan budaya menjadi new currency," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan kurang diliriknya industri ini juga mengakibatkan akses pengembangan menjadi sulit. Menurutnya, di Indonesia belum bisa membuat akses pembiayaan lebih mudah kepada para pelaku usahanya berdasarkan kekayaan intelektual sebagai jaminannya. Negara seperti Malaysia dan Singapura sudah menjalankan pembiayaan berdasarkan kekayaan intelektual. "Di Indonesia belum ada intellectual property financing. Kalau di Malaysia dan Singapura itu udah ada IP market yang bisa membuat IP jadi jaminan untuk pinjaman," katanya.