Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI GLOBAL: Hadapi Empat Tantangan Utama, Muhammadiyah Tawarkan Tiga Langkah

Forum Dekan Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia meminta pemerintah untuk tidak berhenti merumuskan strategi-strategi baru dalam menyikapi kondisi perekonomian nasional yang diprediksi masih akan tertekan oleh dinamika ekonomi globaln
Logo Muhammadiyah
Logo Muhammadiyah

Bisnis.com, JAKARTA - Forum Dekan Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia meminta pemerintah untuk tidak berhenti merumuskan strategi-strategi baru dalam menyikapi kondisi perekonomian nasional yang diprediksi masih akan tertekan oleh dinamika ekonomi global.

Demikian kesimpulan yang dicetuskan dalam pertemuan Forum Dekan Ekonomi PTM se-Indonesia di Universitas Muhammadiyah Pontianak, Kalimantan Barat pada 26-27 November 2015, sebagaimana diutarakan oleh  Mukhaer Pakkanna, juru bicara Forum Dekan Ekonomi PTM se-Indonesia, Senin (30/11/2015).

Dia mengemukakan ada empat kekuatan yang akan menyeret ekonomi nasional yakni melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, ketidakpastian kebijakan the Federal Reserve AS, melemahnya daya serap pasar dunia termasuk China dan kondisi geo-politik global yang makin tidak menentu.  

Dalam kondisi seperti itu, posisi perekonomian Indonesia makin rapuh. Untuk menghindari kerapuhan pada 2016, pemerintah direkomendasikan dapat menempuh tiga langkah efektif.

Pertama, penguatan basis produksi dan konsumsi nasional. Dalam penguatan produksi, pemerintah diharapkan bisa fokus mengembangkan produksi berbasis substitusi impor yang lebih berorientasi padat karya dan memiliki kandungan lokal tinggi.

"Pilihan jenis produksi paling layak sebagai prioritas adalah sektor pertanian dan perikanan, terutama dalam rangka penguatan kedaulatan pangan".

Data BPS menunjukkan proporsi impor produk-produk barang modal, bahan baku dan bahan penolong secara bersama-sama mencapai 90% dari total impor Indonesia.

"Sayangnya, sampai saat ini pemerintah belum benar-benar terbukti serius mengupayakan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk barang modal, bahan baku dan bahan penolong dari luar negeri," ujarnya.

Proteksi Pasar Domestik

Kedua, penguatan basis pasar dalam negeri. Pemerintah perlu mengamankan pasar dalam negeri dari gangguan impor, memperluas pasar dan pusat distribusi, kepastian peredaran barang serta memberikan peluang sebesar-besarnya bagi wirausaha nasional dalam memasok kebutuhan pasar dalam negeri, termasuk promosi penggunaan produk dalam negeri.

Ketiga, di tengah ketidakpastian ekonomi pada 2016, diperlukan pemihakan pada pembiayaan pada usaha kecil dan mikro. Peningkatan akses kredit pada jenis usaha ini sangat penting di tengah pelemahan ekonomi dunia dan nasional yang secara umum masih ditopang oleh kinerja korporasi-korporasi besar.

"Pengucuran kredit ke sektor pertanian, perdagangan, ekonomi kreatif, industri padat karya, dapat menciptakan geliat kegiatan ekonomi masyarakat menengah ke bawah dan menjaga daya beli," katanya

Dia mengungkap data membuktikan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang jumlahnya sekitar Rp5.104triliun hingga September 2015, seharusnya tidak hanya dilokasikan kepada sektor korporasi besar.
Porsi kredit ke sektor korporasi besar jumlahnya mencapai 85%.

“Hal ini sensitif terhadap pertumbuhan PDB yang tinggi. Karenanya, perlu adanya alokasi ke sektor yang sensitif terhadap perluasan kesempatan kerja yang diperankan oleh usaha kecil dan mikro,”tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper