Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan saatnya Indonesia secara serius mengembangkan potensi gastronomi nasional.
Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan gastronomi dengan keunikan dan keanekaragaman yang bersumber dari etnis dan budaya suku yang ada di bumi Nusantara. Keunikan gastromi Indonesia tersebut dipengaruhi oleh unsur geografis, jenis pangan dan latar belakang sejarah.
“Indonesia sejak Abad XV sudah terkenal ke mancanegara sebagai sumber rempah-rempah dunia dan dikenal pula dengan hidangannya yang beragam dan unik. Sayangnya, keunikan dan keanekaragaman gastronomi Indonesia ini makin tergerus oleh waktu dan zaman serta perubahan pola gaya hidup masyarakat sehingga perlu upaya perlindungan agar berkembang dan mampu bersaing di era globalisasi saat ini,” kata Menpar Arief Yahya.
Hal ini disampaikannya saat membuka Dialog Gastronomi Nasional yang berlangsung di Hotel Gran Mahakam pada Senin-Selasa (23-24 November 2015) seperti disampaikan dalam keterangannya kepada Bisnis.
Dialog nasional yang diselenggarakan oleh Akademi Gastronomi Indonesia (AGI) kemudian dilanjutkan dengan peluncuran destinasi wisata kuliner unggulan 2015 tersebut dalam rangka mengembangkan potensi gastronomi dan mengidentifikasi langkah pelestarian makanan tradisional serta sebagai upaya pengembangan usaha makanan Indonesia menghadaapi era globalisasi.
Arief Yahya menjelaskan lebih jauh, pengembangan gastronomi nasional merupakan bagian dari upaya membangun karakter bangsa yang berusaha menjaga kearifan lokal di masing-masing daerah agar tidak hilang.
Dia berujar, salah satu sumber penyebab sulit berkembangannya gastronomi Indonesia karena hilangnya nilai kearifan lokal yang dimiliki tiap-tiap daerah dan etnis, sementara masyarakat urban di kota-kota besar di Indonesia juga semakin jarang bersentuhan dengan identitas asal mereka.
“Pelestarian dan pengembangan serta globalisasi warisan makanan tradisional Indonesia menjadi sebuah tantangan besar. Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan tersebut. Masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang besar harusnya menyadari bahwa gastronomi Indonesia tidak dibangun dalam keselarasan dan kesamaan, akan tetapi dibentuk dalam kekontrasan (harmony in contrary) karena keanekaragaman justru menjadi keunikan gastronomi Indonesia,” kata Arief Yahya.
Menurut Ketua AGI, Vita Datau Mesakh, globalisasi merupakan salah satu faktor yang menjadi tantangan bagi pelestarian gastronomi Indonesia karena hal itu dapat mengaburkan persepsi tentang identitas dan tempat. Namun, juga tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi juga merupakan peluang untuk mengangkat Indonesia di dunia internasional.
Kegiatan dialog gastronomi nasional , menurut Vita Datau Mesakh, sebagai langkah pertama bagi setiap pemangku kepentingan untuk saling berbagi dan berdiskusi serta membangun landasan penting gastronomi Indonesia.
Program yang digagas AGI tersebut sejalan dengan program yang dikembangkan oleh Kemenpar dalam upaya pengembangan wisata kuliner di Indonesia, yang diawali dengan menetapkan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI) sebagai platform awal pengembangan kuliner tradisional Indonesia.
Kemenpar sendiri pada tahun ini menetapkan lima destinasi wisata kuliner unggulan yakni Bandung, Solo, Yogyakarta, Semarang, Bali.