Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Kehilangan Panen Padi 10%

Angka kehilangan panen pada padi cukup tinggi yakni mencapai 10% hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dimulai dari penanganan pascapanen hingga penggilingan, ditargetkan angka ini ditekan sebesar 5%.
Angka kehilangan panen pada padi cukup tinggi yakni mencapai 10%./JIBI
Angka kehilangan panen pada padi cukup tinggi yakni mencapai 10%./JIBI

Bisnis.com, BOGOR --  Angka kehilangan panen pada padi cukup tinggi yakni mencapai 10%  hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dimulai dari penanganan pascapanen hingga penggilingan, ditargetkan angka ini ditekan sebesar 5%.

"Target tahun ini kita dapat menekan angka kehilangan panen sebesar 5%, upaya ini dilakukan dengan penambahan alat panen, dan memperbaiki mekanisme di penggilingan," kata Sekretaris Badan Litbang Pertanian Agung Hendriadi saat membuka workshop dan konferensi internasional, penanganan dan pengolahan pascapanen pertanian di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2015).

Ia mengatakan, saat ini sudah disebar sekitar 20.000  mesin pertanian, di mana satu mesin dapat menangani 150 hektare lahan pertanian. Artinya, dengan 20.000  mesin dapat menangani tiga juta hektare lahan pertanian.

Selain itu, angka kehilangan hasil pertanian juga disebabkan rendemen yang rendah yakni 55%. Ini akan ditingkatkan menjadi 62% dengan revitalisasi sentra penggilingan yang sudah tua dan kurang menerapkan SOP penanganan pascapanen.

"Dengan menaikkan rendemen sebesar lima persen, kita dapat menyelamatkan tujuh ton kehilangan hasil panen. Upaya yang dilakukan dengan merevitalisasi sentra penggilingan, dan teknik pengeringan dari 18 persen menjadi 14 persen," katanya.

Agung menambahkan, upaya revitalisasi sentra penggilingan telah dilakukan di 18 provinsi yang merupakan sentra produksi beras, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.

Sementara itu, Perwakilan dari FAO Asia Pasific, Rosa Rolle menyebutkan sekitar 1,3 miliar ton per tahun makanan yang diproduksi tidak dapat dikonsumsi karena hilang, rusak, tidak memenuhi standar kualitas atau bahkan terbuang karena kadaluarsa ataupun tidak dapat dikonsumsi walaupun sudah dibeli.

"Jumlah ini sangat besar, cukup untuk memberi makan penduduk dunia saat ini yang mencapai tujuh miliar orang," katanya.

Rosa mengatakan, data FAO lainnya, food losses pada tanaman serealia, daging dan sayuran merupakan kontributor utama emisi karbon khususnya di kawasan Asia. Food losses dan food waste juga dapat berpengaruh pada melemahnya ketahanan pangan suatu bangsa yang memang menjadi perhatian utama sebagian besar negara berkembang.

Sebelumnya ia menjelaskan, food losses kerap terjadi di negara-negara berkembang, sedangkan food waste didominasi oleh negara-negara maju.

"Kondisi ini menjadi tantangan yang sangat besar, bagaimana mencukupi kebutuhan pangan untuk populasi dunia yang diperkirakan mencapai 9,1 miliar pada 2050," katanya.

Panitia workshop dan konferensi internasional, dari Badan Litbang Pertanian Evi Safitri mengatakan, ada sekitar 200 peserta worskhop yang terdiri dari para peneliti dari lembaga penelitian nasional maupun internasional, pengambil kebijakan, maupun pemerintah daerah baik dari Indonesia maupun negara-negara Asia seperti Thailand, Vietnam, dan Korea Selatan berkumpul untuk bertukar pikiran tentang mengendalikan kehilangan hasil pangan dan pangan bersisa di negara masing-masing.

"Tujuan dari penyelenggaraan workshop dan konferensi ini adalah mendengarkan pengalaman serta hasil penelitian para peserta dari berbagai negara terkait persoalan kehilangan hasil pangan dan pangan bersisa," katanya.

Ia mengatakan, masalah kehilangan hasil pangan dan pangan bersisa beberapa tahun ini menjadi topik penting karena dampaknya yang besar baik terhadap perekonomian, lingkungan hidup dan juga ketahanan pangan suatu negara.

"Secara ekonomi, kehilangan hasil pangan menggambarkan investasi yang terbuang percuma sehingga dapat mengurangi pendapatan petani karena biaya saprodi seperti bibit, pupuk dan pestisida yang sudah dikeluarkan tidak menghasilkan pendapatan," katanya.

Selain itu, lanjutnya, dampak dari kehilangan hasil pangan dan pangan bersisa juga berpengaruh pada lingkungan yakni timbulkan emisi rumah kaca yang terbuang percuma, penggunaan air dan tanah yang tidak efektif dan efisien yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.

"Wokrshop ini menghadirkan pembicara dari FAO, peneliti dari Itali, Prancis, Korea Selatan, Bangkok, Vietnam, dan juga Indonesia. Hasil dari pertemuan ini akan menjadi rekomendasi untuk Kementerian Pertanian dalam upaya mengurangi food losses dan waste," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper