Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peremajaan Tanaman Kopi Harus Dipacu

Kalangan petani kopi di Jawa Barat meminta pemerintah setempat mengintensifkan peremajaan tanaman kopi guna mengejar produktivitas tinggi.
Petani memetik biji kopi arabika di perkebunan kopi kawasan Kampung Batu Lonceng, Desa Suntenjaya Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Bisnis.com
Petani memetik biji kopi arabika di perkebunan kopi kawasan Kampung Batu Lonceng, Desa Suntenjaya Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG--Kalangan petani kopi di Jawa Barat meminta pemerintah setempat mengintensifkan peremajaan tanaman kopi guna mengejar produktivitas tinggi.

Ketua Koperasi Petani Kopi Warga Masyarakat Hutan (Koptan Kowamah) Jabar Iyus Supriyatna mengatakan saat ini produktivitas kopi memang cenderung semakin rendah mengingat kondisi tanaman sudah banyak yang tua.

Menurutnya, idealnya produksi kopi di atas 1,5 ton green bean per hektare (ha) per tahun. Namun saat ini produksi kopi masih sekitar 700 kilogram per ha per tahun.

"Jadi pemerintah perlu terus mendorong peremajaan tanaman kopi di Jabar terutama jenis arabika yang saat ini sudah merambah pasar ekspor," ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (4/11/2015).

Dia menjelaskan, agar produktivitas kopi mengalami peningkatan dalam jangka waktu pendek maka pemerintah harus memakai sistem sambung samping pada tanaman.

Selanjutnya, ujar dia, untuk jangka panjang maka pemerintah perlu meremajakan dengan menyebar bibit kopi tersertifikasi.

"Sistem sambung samping ini untuk menjaga permintaan ekspor yang selama ini terus meningkat. Khusus untuk jangka panjang sebagai tanaman baru ke depannya," ujarnya.

Adapun, volume ekspor kopi pada tahun ini hanya 7.000 ton, atau naik tipis dibandingkan tahun lalu sebesar 6.500 ton.

Dia menjelaskan musim kemarau berkepanjangan memciu produksi kopi menjadi terganggu, di mana biji yang dihasilkan banyak yang tidak memenuhi persyaratan.

"Kopi yang dihasilkan sekarang kecil-kecil jadi tidak bisa diekspor. Adapun, standar internasionalnya yakni 6,5 mm," ujarnya.

Dia menambahkan, selama ini ekspor kopi dari Jabar mayoritas melalui pintu Medan dan Surabaya karena apabila dilakukan sendiri memerlukan modal yang terbilang tinggi.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian Perkebunan Dinas Perkebunan Jabar Beben Tresna Chandra mengakui produksi dan produktivitas tanaman kopi belum optimal bahkan cenderung masih rendah.

Menurutnya, hal ini dikarenakan tanaman kopi sudah banyak yang tua, asal varietas tidak jelas, serta benih tanaman yang digunakan kebanyakan berasal dari biji sapuan dengan tingkat produktivitas relatif rendah.

"Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi. Pada tahun ini melalui bantuan anggaran dari Kementerian Pertanian adalah perluasan kopi arabika berkelanjutan salah satunya di Kabupaten Majalengka," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper