Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja industri manufaktur Indonesia sedikit membaik pada Oktober, antara lain ditopang oleh penurunan laju PHK di pabrik-pabrik.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Senin (2/11/2015) naik dari 47,4 pada September menjadi 47,8 pada Oktober.
Data PMI menggambarkan perkembangan kinerja industri manufaktur dengan angka 50 atau lebih menunjukkan ekspansi. Indeks manufaktur Tanah Air telah berkontraksi selama 13 bulan berturut-turut.
“Laju penambahan pesanan baru terus melambat dan menyulitkan perusahaan menyerap tenaga kerja. Tren penurunan sebagian besar dipicu oleh anjloknya order dari luar negeri,” kata Pollyanna De Lima, ekonom dari Markit.
Lebih dari 30% manajer pembelian yang disurvei Markit menyatakan pabrik yang mereka kelola mengalami penurunan pesanan dari pasar luar negeri sepanajng Oktober.
Perlambatan laju kontraksi industri pengolahan di Tanah Air pada Oktober ditopang oleh penurunan tingkat pemangkasan tenaga kerja dibandingkan bulan sebelumnya.
Survei juga mengindikasikan stok bahan baku di gudang pabrik mulai menipis setelah tercatat naik dengan tingkat pertumbuhan tertinggi pada 2 bulan terakhir.
Kinerja industri manufaktur Indonesia juga masih tertekan oleh harga bahan baku impor yang tinggi. “Meskipun rupiah mulai menguat, kurs masih lebih buruk dibandingkan awal tahun,” kata De Lima.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
Oktober | 47,8 |
September | 47,4 |
Agustus | 48,4 |
Juli | 47,3 |
Juni | 47,8 |
Sumber: Markit Economics