Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang terkerek tipis sebesar 4,22% pada kuartal III/2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu lewat dukungan sektor farmasi, pengolahan lainnya dan permesinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Lima pertumbuhan kinerja produksi teratas tercatat sektor farmasi sebesar 15,31% pada kuartal III/2015 year on year (y-on-y), diikuti industri pengolahan lainnya (13,53%), mesin dan perlengkapan ytdl (8,28%), barang galian non logam (7,37%), serta makanan (7,09%). Dengan capaian yang ada tak cukup membantu kinerja periode ini melampaui pertumbuhan kuartal II/2015 sebesar 5,25% y-on-y.
Selain sektor yang produksinya bertumbuh, lima sektor yang mengalami kemerosotan terparah seperti, industri pakaian sebesar 12,01% diikuti oleh minuman (-7,38%), alat angkutan lainnya (-5,71%), kertas dan barang dari kertas (-2,22%), serta kayu, barang dari kayu dan barang anyaman (-1,65%).
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global, makro ekonomi nasional hingga pelemahan daya beli masyarakat wajar jika pertumbuhan produksi terganggu.
“Misalnya kalau sektor otomotif turun, maka industri turunannya juga akan bernasib sama. Sementara itu, industri lainnya [farmasi] yang memang permintaannya meningkat jelas akan tertolong, wajar kalau kondisi saat ini ada yang naik dan turun,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (2/11).
Sementara itu, kinerja pertumbuhan produksi pada kuartal III/2015 hanya bertumbuh 1,04% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 2,16% atas kuartal I/2015. Jenis industri manufaktur pada triwulan III/2015 terhadap triwulan sebelumnya a.l mesin dan perlengkapan ytdl (6,96%), alat angkutan lainnya (5,81%), pengolahan lainnya (4,87%), kendaraan bermotor, trailer dan bahan kimia (3,15%) serta lainnya.