Bisnis.com, DEPOK – PT Bayer Indonesia mengatakan target pertumbuhan perusahaan yang dipasang di angka 11% menghadapi tantangan perlambatan ekonomi.
Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Ashraf Al-Ouf mengatakan bahwa kendati prospek jangka panjang di industri farmasi cukup baik, perlambatan ekonomi yang menimpa di tahun ini membuat pertumbuhan tidak akan mencapai dua digit.
“Saat inaugurasi pabrik Mei silam saya memang mengatakan target pertumbuhan hingga 11%. Namun sepertinya tahun ini tidak sampai, dengan adanya perlambatan ekonomi di emerging countries. Daya konsumsi masyarakat di Indonesia juga rendah,” katanya dalam acara kunjungan ke pabrik Bayer yang diselenggarakan International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), Kamis (29/10/2015).
Dia mengatakan meskipun beberapa negara tujuan ekspor mengalami penurunan penjualan, tetap ada negara-negara yang tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global. Menghadapi situasi ini, dia mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk melakukan inovasi produk.
“Kami selalu berupaya untuk membuat produk baru. Jadi selain produk organik, juga harus ada produk baru. Pertumbuhan bisnis cukup terbantu dengan dorongan dari produk baru. Namun tentu saja, pengembangan produk baru juga akan membutuhkan waktu untuk menjadi besar,” ujarnya.
Berdasarkan data IPMG, pasar farmasi saat ini bernilai sekitar US$4,3 miliar per tahun, dengan 73% pangsa pasar dikuasai oleh perusahaan nasional. Ethical drugs atau obat resep mendominasi pangsa pasar sebesar 60% atau senilai US$2,5 miliar, sementara obat bebas atau over the counter berkisar 40% atau senilai US$1,8 miliar.