Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akad Kredit 1.000 Rumah Per Hari. Daerah Lain Didorong Tiru Banten

Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) menginginkan tidak hanya para pengembang rumah murah di Kabupaten Tangerang yang bergerak cepat merealisasikan akad kredit 1.000 unit hunian dalam sehari.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, TANGERANG--Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) menginginkan tidak hanya para pengembang rumah murah di Kabupaten Tangerang yang bergerak cepat merealisasikan akad kredit 1.000 unit hunian dalam sehari.

Ketua Umum Apersi Eddy Ganefo mengatakan para pengembang rumah murah anggota Apersi di daerah selain Banten juga harus bertindak memacu penjualan hunian sesegera mungkin. Hal ini bertujuan untuk menyukseskan program sejuta rumah untuk rakyat.

"Saya sangat apresiasi di Tangerang yang dalam sehari bisa 1.000 akad kredit langsung. Mudah-mudahan bisa ditularkan ke Aperisi daerah lain," ucapnya, di Tangerang, Selasa (29/9/2015).

Tidak hanya mengimbau agar para developer memacu penjualannya, Eddy juga mengingatkan agar diperhatikan karakter konsumen atau pembeli. Sebaiknya dipastikan agar pembeli rumah murah betul-betul end user.

Secara umum bisnis properti di Provinsi Banten pada April - Juni tahun ini kurang greget dibandingkan dengan triwulan pertama.

Pada Januari - Maret sendiri pertumbuhan bisnis properti sebetulnya cuma 4,31%, menciut dibandingkan periode yang sama tahun lalu 9,72%.

Kontribusi sektor realestat terhadap pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan pertama cuma 0,34%. Apabila dibandingkan secara year-on-year persentase ini juga menyusut, sebab Januari - Maret tahun lalu porsinya 0,74%.

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menyatakan pada triwulan I/2015 pertumbuhan indeks harga properti residensial melambat 6,27% (year-on-year / yoy). Seluruh data perkembangan bisnis properti ini merupakan hasil Kajian Ekonomi Regional Banten dari Bank Indonesia.

Secara umum perlambatan indeks harga tersebut terpengaruh pergerakan harga bahan bangunan, upah pekerja, dan kenaikan harga bensin bersubsidi. Apersi pun mengamini hal ini.

Eddy menyatakan aspek lain yang turut berpengaruh adalah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan dolar membuat pengembang properti sukar mengkalkulasi nilai investasi proyeknya.

"Jadi dilema bagi kami, kalau kami naikkan harga hunian tidak ada yang beli. Harus ada sikap pemerintah untuk beri pengembang kemudahan," ucapnya.

Kelesuan di sektor properti juga dapat dilihat dari pertumbuhan kredit. Selama tiga bulan pertama tahun ini minus 10,58% (yoy), pada triwulan kedua -22,29% (yoy). Tak tertutup kemungkinan situasi ini mengakibatkan minat investor melakukan pengembangan jadi menciut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper