Lazada.co.id : Kunci Kepercayaan Konsumen
Munculnya pemain baru yang memenuhi lahan perdagangan via online ini tidak membuat gerah para pemain lama. Lazada.co.id yang menyapa pelanggan sejak Maret 2012 justru semakin percaya diri dengan situs belanjanya.
Co-CEO Lazada Indonesia Alexandre Dardy menuturkan kepercayaan konsumen yang sudah dibangun sejak awal didirikannya situs ini merupakan salah satu kunci utama kesuksesan.
Berpijak dari membangun kepercayaan konsumen, manajemen Lazada menjaga benar kualitas produk hingga proses pengiriman. Pembelian barang yang akan dijual, dilakukan langsung oleh manajemen.
“Melalui platform marketplace yang bertujuan menambah variasi pilihan produk kepada konsumen karena kalau e-commerce yang lain mungkin hanya fokus pada fesyen atau jasa saja, nah kami lebih ke one stop shopping seperti mal,” katanya.
Selama ini, kategori produk di Lazada merupakan kombinasi antara marketplace dan barang ritel. Sementara itu, untuk pengiriman dikerjasamakan dengan delapan mitra. Upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan itu ditambah dengan konsep one stop shopping destination yang turut dijadikan unggulan oleh Lazada.
Alexandre optimistis meskipun ke depan banyak pemain baru di bisnis e-commerce, tetapi dengan lebih dari sejuta produk yang ditawarkan tidak akan membuat penjualan Lazada tergerus.
“Justru kami melihatnya sekarang bisnis e-commerce itu penetrasinya masih kurang. Jadi kami melihat di satu sisi ada kompetisi tapi di satu sisi akan membantu membangun ekosistem bersama-sama.
Sebenarnya masyarakat buying power-nya ada tetapi mereka tahunya kalau belanja online harus pakai kartu kredit, padahal bisa cara lain misalnya cash on delivery. "Ke depan kami akan banyak lakukan edukasi ke konsumen di daerah yang berpotensi untuk belanja online. Hal itu menjadi target kami ,” katanya.
Meskipun situs belanja online ini sudah mendapatkan nama, Alexandre mengungkapkan masih muncul tantangan yang harus diselesaikannya. Salah satunya adalah masalah logistik.
Infrastruktur di Asia yang belum sekuat Eropa dan Amerika membuat logistik seringkali menjadi masalah. “Oleh karena itu, kami bermitra dengan delapan perusahaan untuk mengurus logistik,” katanya.