Bisnis.com, JAKARTA— Isu perlambatan ekonomi membuat rupiah dan pasar saham terus mengalami tekanan. Bank Indonesia menyanggah isu tersebut dan memproyeksi ekonomi akan tumbuh lebih kuat pada kuartal III/2015.
Rapat Dewan Gubernur BI kemarin memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 7,5% dengan suku bunga Deposit Facility 5,5% dan Lending Facility di 8%.
Usai pertemuan bulanan tersebut, BI juga memberikan perspektif tentang perkembangan dan proyeksi ekonomi.
Dalam rilisnya yang dikutip Bisnis, Jumat (19/9/2015), BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2015 akan meningkat didorong oleh kenaikan konsumsi rumah tangga dan investasi pemerintah. BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,7–5,1% pada 2015.
Perbaikan tingkat konsumsi terindikasi dari kenaikan penjualan sepeda motor. Adapun penguatan laju inflasi ditunjukkan oleh realisasi proyek infrastruktur pemerintah, peningkatan penjualan semen, kenaikan impor barang modal, dan indikasi peningkatan laju kredit.
Namun, BI mengingatkan pemerintah agar konsisten mendorong reformasi struktural yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi dan merealisasikan proyek infrastruktur untuk mendorong ekonomi semakin tumbuh.
Berikut adalah beberapa highlight perspektif BI:
Kebijakan The Fed, “Risiko ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS masih terus berlanjut dengan kemungkinan waktu kenaikan FFR yang cenderung mundur ke akhir tahun.”
Kurs Rupiah, “dari sisi domestik, tekanan terhadap Rupiah didorong oleh permintaan terhadap dolar AS, untuk pembayaran utang luar negeri. Bank Indonesia terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.”
Inflasi, “Tekanan inflasi inti masih cukup terkendali, didorong oleh ekspektasi inflasi yang terjaga dan kegiatan ekonomi domestik yang melambat.”
Perbankan, “Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia, pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat.”