Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FRISIAN FLAG: Kenaikan Harga Susu Bukan Prioritas

PT Frisian Flag Indonesia (FFI) meyakini paket kebijakan ekonomi pemerintah akan mampu menguatkan nilai tukar rupiah sehingga perusahaan tidak perlu menaikkan harga jual susu kemasan.

Bisnis.com, BANDUNG – PT Frisian Flag Indonesia (FFI) meyakini paket kebijakan ekonomi pemerintah akan mampu menguatkan nilai tukar rupiah sehingga perusahaan tidak perlu menaikkan harga jual susu kemasan.

Direktur Hubungan Korporat FFI Sri Megawati mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah selama 2015 sangat membebani operasional perusahaan. Pasalnya, saat ini sekitar 75% pasokan bahan baku produksi FFI diimpor dari luar negeri.

“Kami masih mempertahankan harga jual yang sekarang. Kami berharap rupiah tidak terus melemah dengan adanya usaha pemerintah terbaru,” katanya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/9/2015).

Mega mengungkapkan opsi penaikan harga jual produk bukan prioritas karena akan berimbas pada daya beli masyarakat. Pasalnya, susu merupakan salah satu sumber asupan gizi masyarakat Indonesia.

Menurut Mega, beban operasional perusahaan akan dikurangi dengan efisiensi proses produksi dan pengetatan anggaran. Dia menjamin langkah efisiensi tidak sampai pada diambilnya kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK).

FFI merupakan produsen susu kemasan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freisland Campina NV asal Belanda. Perusahaan ini telah beroperasi sejak 1922, ketika Indonesia masih menjadi koloni Negeri Kincir Angin.

Saat ini FFI memiliki fasilitas produksi di Ciracas dan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pabrik tersebut menghasilkan produk susu cair, bubuk, dan kental manis dengan merek Frisian Flag, Friso, serta Omela.

Mega mengklaim FFI merupakan penguasa pasar susu nasional dengan pangsa 25% baik dari nilai maupun volume. Kontributor terbesar penjualan berasal dari susu kental manis.

“Kami targetkan pertumbuhan penjualan semester II/2015 bisa dobel digit.”

Untuk menjalankan roda bisnis, Mega mengatakan FFI setidaknya membutuhkan pasokan 1.600 ton susu sapi perah per hari. Namun, hanya 25% atau 400 ton saja yang bisa dipasok dari dalam negeri. Perusahaan pun mengimpor susu dalam bentuk olahan dari Belanda, Selandia Baru, dan Australia.

“Di Indonesia kami menggandeng 15 koperasi dengan total anggota 20.000 peternak di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” tuturnya.

Mega menilai pasokan susu perah dari dalam negeri masih bisa digenjot bila petani lebih produktif. Saat ini satu ekor sapi perah lokal rata-rata menghasilkan 13 liter susu sedangkan di negara lain di atas 20 liter.

Guna meningkatkan produktivitas petani binaanya, FFI membuat program farmer to farmer. Peternak lokal diajari metode pemeliharaan sapi perah langsung dari kolega mereka asal Belanda.

Selain itu, FFI juga telah meluncurkan program Milk Collection Point untuk meminimalkan jumlah bakteri (total plate count/TPC) susu perah. TPC merupakan salah satu tolok ukur kualitas susu yang turut mempengaruhi harga jual di tingkat peternak.

Presiden Direktur FFI Marco Spits mengatakan MCP pertama diluncurkan di sentra peternakan sapi perah Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sebanyak 189 peternak yang tergabung dalam Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) dididik menggunakan MCP yang dilengkapi tangki pendingin, sistem komputerisasi, dan alat kebersihan.

“MCP di Pangalengan akan mengadopsi sistem barcode digital pertama di Indonesia. Peternah akan memiliki akses digital ke data komposisi susu mereka,” ujarnya di tempat yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper