Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Impor, Pemerintah Diminta Perluas Lahan Kedelai

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat mendesak pemerintah memperluas lahan kedelai guna memangkas impor komoditas itu yang selama ini terus dilakukan.
Pekerja melakukan pencampuran kedelai, sebagai bahan dasar untuk membuat tempe dan tahu, di Ngoto, Bantul, Yogyakarta, Selasa(24/3/2015). /JIBI-Juli Nugroho
Pekerja melakukan pencampuran kedelai, sebagai bahan dasar untuk membuat tempe dan tahu, di Ngoto, Bantul, Yogyakarta, Selasa(24/3/2015). /JIBI-Juli Nugroho

Bisnis.com, BANDUNG - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat mendesak pemerintah memperluas lahan kedelai guna memangkas impor komoditas itu yang selama ini terus dilakukan.

Ketua Harian HKTI Jabar Entang Sastraatmadja mengatakan rendahnya minat petani menanam kedelai karena persoalan lahan tidak memadai. Akibatnya, petani masih mengandalkan tanaman padi sebagai mata pencaharian utama.

"Pemerintah harus memperluas lahan kedelai agar ketergantungan impor bisa dipangkas," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (30/8/2015).

Dia menjelaskan kurangnya pasokan kedelai dari dalam negeri menyebabkan harga komoditas itu saat ini semakin tinggi. Hal ini disebabkan impor kedelai di saat rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika.

"Selama kebutuhan komoditas tersebut tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, maka akan selama itu impor akan terus dilakukan," katanya.

Dia mengungkapkan produksi kedelai lokal juga diperparah dengan kualitas kedelai yang ditanam lebih rendah dari kedelai impor, sehingga kalah bersaing.

Menurutnya, pemerintah juga perlu memberikan jaminan harga kedelai sehingga para petani tertarik untuk menanamnya.

“Harga pokok penjualan (HPP) kedelai pada tahun lalu Rp7.500/kg masih kurang merangsang petani untuk tertarik menanam kedelai. Kami mengusulkan HPP yang pantas diterapkan di atas Rp9.000/kg," ujarnya.

Kendati demikian, HKTI mengakui selama ini pemerintah sudah berintervensi cukup tinggi untuk pengembangan kedelai. Akan tetapi, manajemen pengelolaan yang diterapkan belum maksimal.

“Pemerintah perlu memperbaiki manajemen pengelolaannya, agar hasil yang dicapai dapat maksimal,” tegasnya.

Sementara itu, Pengamat Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Tualar Simarmata memprediksi volume impor kedelai pada akhir 2015 akan meningkat siginifikan akibat musim kemarau tahun ini.

Dia mengakui kedelai merupakan tanaman yang cocok ditanam pada saat musim kemarau dengan suplai air yang minim. Akan tetapi, tidak berarti sama sekali tidak mendapatkan pasokan air seperti saat ini.

"Tanaman kedelai diperlukan untuk rotasi tanaman padi. Karena akar kedelai bisa menghasilkan unsur hara yang menyuburkan tanah. Di musim kemarau sekarang ini, kedelai sulit bisa tumbuh," katanya.

Menurut dia, kebutuhan kedelai di dalam negeri dalam setahun bisa mencapai 2,5 juta ton. Sementara, pasokan kedelai lokal masih di bawah 1 juta ton.

"Petani malas tanam kedelai karena margin keuntungan yang didapatnya sangat sedikit ditambah produktivitas yang rendah," tegasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper