Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha dari Taiwan menjajaki peluang investasi di bidang kosmetik di Indonesia.
Ancang-ancang itu dilakukan dengan pertimbangan antara lain tingginya bea masuk dan rumitnya persyaratan impor Indonesia, sekaligus menyeimbangkan neraca perdagangan.
Direktur Taiwan Trade Centre Jakarta Tony Lin mengatakan rencana ini muncul setelah melakukan tinjauan atas pasar Indonesia serta mempertimbangkan benefit dari membuka sentra produksi dibanding sebatas mengekspor seperti selama ini.
Pada 2014, neraca perdagangan Indonesia masih surplus sekitar US$2,45 miliar.
“Setelah ditinjau, ternyata pasar kosmetik di Indonesia besar. Beberapa chain store seperti Guardian dan lainnya juga minta kerja sama dengan perusahaan Taiwan untuk memasarkan produk kami, tapi masih terkendala,” ujarnya, Rabu (19/8/2015).
Kendati belum bisa memastikan secara konkret rencana investasi tersebut, Lin mengatakan bahwa untuk tahap awal pihaknya akan membawa pelaku industri dari Taiwan untuk dipertemukan dengan pengusaha di Indonesia.
Selain untuk investasi, dia mengatakan pihaknya juga mencari rekanan untuk distribusi produk kosmetik dari beberapa perusahaan di sana.
“Kami tidak mematok, kalau sudah cocok antara kedua pihak pengusaha, jenis kerja samanya tinggal mereka tentukan,” katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK) Putri K Wardani mengatakan sejauh ini produk kosmetik Taiwan belum marak di Indonesia, baik dari sisi peredaran produk impor maupun investasi langsung di bidang kosmetik.
Menurutnya, impor terbesar kosmetik ke Indonesia berasal dari Thailand yang menggunakan mereka AS, Prancis dan AS.
Produk Taiwan dan China, meski belum marak, kian meningkat sebab jenis produknya untuk mass market yang bersaing langsung dengan produk lokal.
“Indonesia merupakan wilayah yang menarik bagi mereka karena sesuai dengan target pasar produknya,” ujarnya.
Dia mengatakan kualitas produk kosmetik Taiwan berada di atas produk China, namun masih di bawah Korea.
Harganya cukup terjangkau untuk konsumen Indonesia.
“Saat ini masih belum besar, tapi kalau tidak diwaspadai ke depan bisa memakan pasar juga,” tambahnya.