Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Pengembang Perumahan & Permukimaan Seluruh Indonesia (Apersi) meminta pemerintah mengucurkan subsidi untuk menekan tingkat bunga kredit konstruksi.
Eddy Ganefo, Ketua Umum Apersi, mengatakan tingkat bunga kredit konstruksi yang dipatok perbankan saat ini mencapai 14%-15% dan memberatkan perusahaan pengembang. "Ini terlalu mahal," tukasnya kepada bisnis.com, Selasa (18/8/2015).
Menurut Eddy, tingkat bunga kredit konstruksi yang rendah akan mendorong penurunan biaya kontruksi sehingga harga jual rumah kepada masyarakat bisa terjangkau. Eddy mengimbuhkan, subsidi bisa diberikan dalam bentuk subsidi selisih bunga sehingga bunga kredit yang didapat pengembang bisa lebih rendah.
Dia menerangkan, subsidi bunga untuk kredit konstruksi akan melengkapi skema subsidi yang selama ini diberikan hanya kepada konsumen.
Subsidi untuk kredit konstruksi menurutnya akan membantu pengembang untuk menyediakan pasokan hunian lebih banyak. "Ini kan masalah supply [yang selalu tidak bisa dipenuhi pengembang]," katanya. Sebagaimana diketahui, angka defisit hunian atau backlog mencapai 15 juta unit.
Eddy mengungkapkan, industri properti kian tertekan setelah Bank Indonesia menerbitkan beleid yang melarang pembiayaan untuk unit properti inden sejak September 2013.
Larangan itu menurutnya membuat arus kas perusahaan pengembang menjadi terbatas karena sumber dana untuk pembangunan proyek murni dari modal perusahaan.