Bisnis.com, JAKARTA--Primus Yustisio, Anggota Komisi VI yang membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM dan BUMN, serta Standardisasi Nasional, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia harus ditopang oleh industri kecil
menengah.
Menurutnya, kebijakan industri nasional harus menghubungkan industri besar dengan IKM dan UKM. Dalam hal ini, aktivitas produksi harus disesuaikan dengan kebutuhan dasar konsumsi domestik.
Jika sudah terpenuhi kebutuhan dalam negeri, sukur-sukur bisa untuk ekspor. Masalahnya saat ini kebutuhan dalam negeri saja masih impor. Ini harus diperbaiki. Kita tidak perlu membangun industri yang tidak dibutuhkan rakyat Indonesia, ujarnya usai menghadiri Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) di komplek parlemen, Jumat (14/8/2015).
Menurutnya, pemerintah tidak perlu mendatangkan industri dengan teknologi canggih, jika hasil produksi tidak dapat diserap oleh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal harus jeli melihat potensi investasi yang ditawarkan kepada investor asing.
Contoh telepon seluler, Presiden telah mengatakan pengguna ponsel di Indonesia sangat besar, maka seharusnya merek global tidak boleh masuk ke Indonesia sebelum membuka pabrik di dalam negeri. ini wajib, katanya.
Harus diakui, lanjutnya, sejumlah bahan bahan baku produksi belum ada di dalam negeri, oleh karena itu, pemerintah juga harus membangun industri komponen di dalam negeri dengan cara transfer teknologi dengan perusahaan asing.
Kita butuh teknologi asing, mungkin kita belum bisa bangun sendiri, tetapi dengan transfer teknologi kita bisa membangun fundamental industri serta membuka lapangan kerja yang menguntungkan masyarakat, katanya.