Bisnis.com, JAKARTA—Peluang terjadinya perombakan kabinet yang kedua akan terbuka kalau persoalan ketahanan pangan dan pembatasan impor komoditas kebutuhan pokok tidak menjadi perhatian pemerintah selain sejumlah persoalan strategis lain.
Wakil Ketua Badan Legislasi DPR, Firman Subagyo menilai reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi tidak akan banyak merubah keadaan di tengah sulitnya perekonomian masyarakat. Pasalnya, reshuffle lebih pada tataran menteri koordinator.
Kalaupun ada pergantian menteri perdagangan dari Rachmat Gobel kepada Thomas Lembong, ujarnya, track record pejabat baru tersebut karena belum teruji di sektor perdagangan.
Menurutnya persoalan ketahanan pangan yang makinn gawat tidak bisa dianggap remeh sehingga membutuhkan penanganan yang profesional. Sedangkan pada sisi lain tingginya impor komoditas sembilan kebutuhan pokok juga ikut menekan perekonomian nasional karena permainan mafia.
“Perlu reshsuffle kedua. Saya melihat reshuffle ini belum menyentuh kementerian teknis di tengah kuatnya persaiangan global dan persoalan ketahanan pangan,” ujarnya, Kamis (13/8/2015).
Dia menyebutkan salah satu tantangan paling berat bagi menteri perdagangan adalah bagaimana menghadapi mafia impor yang justru berada di dalam kementerian itu sendiri. Menurutnya, kalau menteri perdagangan bisa melawan mafia internal itu maka banyak persoalan yang bisa diselesaikan.
Dia juga menyebutkan bahwa diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Thomas Lembong.
“Perdagangan ini menteri strategis kareana ada isu globl yang tantangannya berat seperti MEA,” ujarnya.