Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri mainan anak edukatif dan tradisional harus jemput bola mencari pembeli akibat pelemahan pasar dan ketidakpastian ekonomi global yang memangkas omzet hingga 30% pada semester I/2015 (y-o-y).
Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (Apmeti) Danang Sasongko mengatakan stok barang digudang tidak banyak keluar, dan hanya terjual rerata 3.000 unit per bulan selama semester I/2015.
Kondisi tersebut, menurutnya, memaksa produsen jemput bola mencari pasar baru, yang tidak terjadi pada tahun sebelumnya.
“Tahun lalu saja, pada periode yang sama [semester I/2014] terjual rerata 5.000 unit. Sebelum lebaran dan saat liburan sekolah kemarin juga tidak terasa peningkatan pasarnya,” tuturnya, Kamis (6/8/2015) malam.
Data Apmeti menunjukkan dari total 12 produsen mainan edukatif di bawah naungan asosiasi, menjual produknya dengan rerata harga Rp70.000 per unit. Dengan merosotnya pasar hingga 40%, produsen terpaksa mengurangi kapasitas produksinya.
“Laporan dari pedagang di Pasar Gembrong turun, di Bogor juga demikian, sehingga mau tidak mau produsen menurunkan produksi. Sampai akhir tahun sepertinya terus begini,” tambahnya.