Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPW: Alat Bongkar Muat di Pelindo II Berkualitas Rendah

Presiden Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan mensinyalir fasilitas bongkar muat yang dialokasikan untuk sejumlah pelabuhan di lingkup Pelindo II berkualitas rendah.
Presiden Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan mensinyalir fasilitas bongkar muat yang dialokasikan untuk sejumlah pelabuhan di lingkup Pelindo II berkualitas rendah./JIBI
Presiden Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan mensinyalir fasilitas bongkar muat yang dialokasikan untuk sejumlah pelabuhan di lingkup Pelindo II berkualitas rendah./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan mensinyalir fasilitas bongkar muat yang dialokasikan untuk sejumlah pelabuhan di lingkup Pelindo II berkualitas rendah.

Peralatan bongkar muat itu ditempatkan di pelabuhan di Tanjung Priok, Palembang, Pontianak, Jambi, Teluk Bayur dan Pangkal Balam.

"Proyek ini sempat disorot KPK dengan nilai mencapai lebih dari Rp1 triliun,"ujarnya, Jumat (24/7/2015).  

Syaiful menyayangkan alat-alat tersebut saat ini under utility, bahkan beberapa diantaranya sama sekali tidak dapat digunakan karena di bawah standar produktivitas.

"Padahal, pembelian alat-alat bongkar muat tersebut harusnya untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan. Sekarang malah banyak menganggur," paparnya.

IPW mengungkapkan, peralatan bongkar muat itu dibeli dari manufaktur lokal China dengan harga yang sangat mahal.

14 unit Gantry Luffing Cranenya dibeli dari Qing Dao Haixi Heavy-Duty Machinery (HHMC) dengan harga lebih dari Rp 300 miliar, 10 Gantry Jib Crane dibeli dari Hunan Machinery Nanjing Engineering (HMNE) seharga lebih dari Rp 200 miliar, 11 RMGC dari pabrikan Hua Dong Heavy Machiner(HDHM) senilai lebih dari Rp 200 miliar dan 3 Fix Crane dari HMNE senilai lebih dari Rp 250 miliar.

"Padahal pabrikan yang sering dipakai untuk standar pelayanan pelabuhan yakni ZPMC di JICT atau KONE di Teluk Lamong,“tuturnya.

Syaiful mengatakan, prosedur pembelian alat ini tidak dilakukan kajian kebutuhannya sehingga potensi kerugian baik oleh Pelindo II maupun pemilik barang sangat besar.

"Dari sisi Pelindo II jelas pembelian alat ini sama sekali tidak efisien. Akibatnya pengguna jasa dikenai tarif sepihak penggunaan alat yang membebani pemilik barang dan berpengaruh terhadap biaya produksi,”ujarnya. 

Syaiful menuding manajemen IPC/Pelindo II yang kini dipimpin RJ.Lino patut diduga sengaja melakukan inefisiensi pelayanan dengan pembelian alat-alat bongkar muat mahal dan kurang berkualitas.

"IPW menduga ada vested interest antara Dirut IPC RJ Lino dengan HDHM karena dulu saat dia menjabat sebagai Managing Director pelabuhan AKR, Guang Xi tahun 2008, produksi Crane HDHM pertama digunakan di pelabuhan tersebut. Kami sudah siapkan data-datanya dan segera melaporkan kepada Penegak Hukum,”tandas Syaiful.(K1)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhmad Mabrori

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper