Bisnis.com, JAKARTA--Rajawali Corpora melepas sebagian saham PT Eagle High Plantation kepada Felda Global Ventures (FGV) Malaysia sebagai mitra strategis baru mengembangkan industri hilir sawit.
Managing Direktur Rajawali Corpora Darjoto Setyawan menegaskan lewat penjualan saham tersebut Rajawali menggaet partner strategis yang memiliki pengalaman dan keahlian mumpuni di bidang perkebunan.
Sebaliknya bagi FGV Malaysia, melalui transaksi tersebut membuka akses terhadap pasar dan kebun yang luas di Indonesia
“Jadi ini sinergi yang saling menguntungkan,” kata Darjoto, dalam rilisnya kepada Bisnis.com, Rabu (17/6)
Menurutnya, transaksi ini akan membuka peluang bagi kedua pihak untuk membangun sinergi saling menguntungkan, mengembangkan industri hilir kelapa sawit di Indonesia.
Dengan begitu Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi global oleochemical dunia, termasuk memperkuat perdagangan antara Indonesia dan Malaysia.
FGV merupakan salah satu dari lima pemain besar industri kelapa sawit global yang memiliki sejumlah kilang dan unit usaha di banyak negara mulai di Kanada, AS, Turki, Spanyol, Perancis ,Malaysia, Pakistan, Myanmar, Thailand dan Indonesia.
Rajawali Corpora meneken pelepasan 37% saham PT Eagle High Plantation Tbk. kepada FGV dengan harga US$632 juta berupa tunai dan stock deal.
Sejauh ini jumlah tersebut diklaim merupakan transaksi terbesar perkebunan sawit di Indonesia.
Penandatangan kesepakatan penjualan tersebut digelar di Jakarta, pekan lalu yang disaksikan juga Menko Perekonomian Sofjan Djalil dan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, Dato Sri Mustapa Mohamad.
Presiden dan CEO FGV Grup Dato Mohd Emir Mavani Abdullah mengaku transaksi ini Plantations merupakan pembelian saham paling murah yang pernah dilakukan FGV.
Felda Grup membeli Eagle High Plantations dengan harga enterprise value (EV = nilai perusahaan dihitung pada harga pasar saat ini) sebesar US$17.400 per hektar.
Harga ini jauh lebih murah ketimbang transaksi yang dilakukan Felda selama ini.
Awal bulan ini misalnya, Felda Grup meneken kesepakatan pembelian saham Golden Land Bhd seluas +/- 8000 ha pada harga US$20.400 per ha.
Tahun lalu, Felda juga membeli Asian Plantation di Malaysia pada harga EV US$20.400 per ha.
Sejumlah perusahaan Malaysia bahkan harus membeli kebun sawit dengan harga yang lebih mahal.
Kurang dari setahun lalu misalnya, Sime Darby, konglomerasi kelapa sawit terbesar Malaysia, membeli saham New Britain Oil Palm Ltd di Papua Nugini pada harga EV US$ 25.900 per ha.
Selain itu, IOI Corp Bhd membeli saham Unico-Desa Plantation Bhd. di Malaysia pada harga US$ 23.500 per ha.
Mahalnya harga kebun kelapa sawit menunjukkan langkanya jumlah lahan yang tersedia – dalam skala yang luas.
Di Malaysia, sudah tak tersedia lagi lahan yang cukup luas untuk ekspansi kebun sawit. Begitu pula di Indonesia, lahan yang tersedia juga sudah sangat terbatas.
Di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi, misalnya, makin sulit menemukan perusahaan sawit baru yang bisa membuka kebun lebih dari 10.000 ha.
Sehingga industri skala besar memiliki valuasi yang lebih tinggi dibandingkan skala menengah kecil.
Ikhtiar sejumlah raksasa kelapa sawit dunia, seperti Sime Darby, Wilmar dan GoldenAgri untuk mengembangkan perkebunan di Afrika juga tidak memberi hasil menggembirakan lantaran produktivitasnya yang rendah.
Sebagai perusahaan perkebunan sawit nasional, Eagle High Plantation memiliki luas lahan sekitar 419.000 ha atau enam kali luas negara Singapura.
Dari jumlah tersebut sekitar 150.000 ha merupakan kebun yang telah ditanami dengan rata-rata umur tanaman 8 tahun, memasuki usia premium perkebunan sawit.
Rajawali Corp & Felda Malaysia Kembangkan Industri Sawit
Rajawali Corpora melepas sebagian saham PT Eagle High Plantation kepada Felda Global Ventures (FGV) Malaysia sebagai mitra strategis baru mengembangkan industri hilir sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium