Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garam Industri: Perlu Ada Ekstensifikasi 13.000 Ha untuk Tambak

Pemerintah perlu mendorong upaya pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) tambak garam sekitar 13.000 Ha yang memproduksi garam untuk industri yang kebutuhannya sekitar 2,2 juta ton/tahun.
Petani garam/Ilustrasi
Petani garam/Ilustrasi

Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah perlu mendorong upaya pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) tambak garam sekitar 13.000 hektare yang memproduksi garam untuk industri sekitar 2,2 juta ton/tahun.

Dengan pembukaan lahan baru seluas itu dipastikan akan dapat menutupi seluruh kebutuhan garam industri secara bertahap dengan estimasi  dalam 1.000 ha tambak garam mampu memproduksi sekitar 200.000 ton/tahun.

Direktur Industri Kimia Dasar Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Muhamad Khayam mengatakan kebutuhan garam konsumsi sebanyak 1,7 juta ton telah terpenuhi oleh produksi dalam negeri (swasembada) akan tetapi untuk kebutuhan industri masih harus impor.

Dia menuturkan untuk memenuhi kebutuhan garam industri sebanyak 2,2 juta ton/tahun sebenarnya telah banyak investor yang berminat di sektor produksi garam industri akan tetapi kebanyakan masih bingung menetukan lokasi baru dan yang sudah mulai investasi mengalami kesulitan dalam pengadaan lahan untuk tambak garam.

“Ada investor yang telah mulai menggarap tambak garam untuk industri di NTT dengan luasan sekitar 1.000 ha, akan tetapi masih mengalami kendala soal legalitas tanah,” katanya seusai acara penandatanganan MoU petani garam lokal dan Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) soal penyerapan garam, Rabu (17/6/2015).

Khayam mengungkapkan pemilihan lokasi pembukaan tambak garam baru di NTT dinilai tepat karena wilayah tersebut memiliki masa kemarau sekitar 8,5 bulan atau mendekati lamanya kemarau di Australia selama 11 bulan.

“Kalau pembukaan tambak garam baru sebanyak 13.000 ha maka bisa menutup kebutuhan impor garam industri yang kriteria dan kualitasnya lebih tinggi dari garam konsumsi,” ujarnya.

Khayam mengungkapan kinerja industri yang membutuhkan bahan baku garam perlu didorong karena memiliki orientasi ekspor untuk produk yang dihasilkannya seperti pada industri makanan, tekstil, kertas yang kalau dijumlah nilainya mencapai UU$20 miliar atau sekitar 10% dari total nilai ekspor nasional.

Ketua Bidang Pengembangan Teknologi BPP AIPGI, Arthur Tanudjadja untuk mendongkrak produksi garam nasional tidak cukup dengan mengandalkan lahan yang ada karena sangat bergantung pada kondisi cuaca dan penggunaan teknologi budidaya.

“Akan sulit menggandakan produksi garam jika luasan lahan tetap, maka perlu ada pembukaan lahan baru dengan pola inti-plasma,” tuturnya.

Arthur menjelaskan jika ingin mengurangi ketergantungan impor garam untuk industri maka pemerintah perlu fokus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas garam agar bisa mengimbangi sektor industri yang memerlukan garam dengan kualitas yang bagus.

“Misalnya produk dari industri aneka pangan harus melewati pemeriksaan ketat agar bisa ekspor, maka bahan baku [garam] dibutuhkan juga harus memenuhi standar kualitas,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maman Abdurahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper