Bisnis.com, PARIS – Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menargetkan mampu menghemat sekitar US$198 juta selama tahun ini dengan berbagai upaya efisiensi operasi.
Dirut PT Garuda IndonesiaArif Wibowo mengatakan sampai dengan April 2015, dengan efisiensi operasi yang dilakukan, maskapai pelat merah itu sudah mampu menghemat sekitar US$32 juta.
Langkah efisiensi operasi dilakukan Garuda Indonesia antara lain dengan menunda sementara operasi sejumlah rute yang kurang menguntungkan, hedging valas cross currency, hedging fuel, penghematan belanja iklan yang tidak langsung berhubungan dengan pemasaran, dan penghematan operasi di ground
“Tahun ini kami konsolidasi dengan melakukan beberapa langkah efisiensi. Kebetulan banyak (kejadian) yang berpihak kepada kami. Tahun depan kami baru akan memperkuat branding lebih gencar,” kata Arif di sela-sela penandatangangan letter of intent pengadaan pesawat dengan Airbus di Paris Air Show, Senin (15/6/2015).
Penandatangangan dokumen yang dilakukan oleh Arif Wibowo bersama petinggi Airbus tersebut disaksikan oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan beberapa duta besar Indonesia untuk negara Eropa.
Manajemen Garuda Indonesia menargetkan pertumbuhan pendapatan 12% selama tahun ini berangkat dari keyakinan bahwa akan terjadi pertumbuhan jumlah penumpang domestik sekitar 13%, penumpang Citilink 31%, dan penerbangan internasional 17%.
Maskapai pelat merah ini mengantongi laba bersih US$11,3 juta pada kuartal I/2015 setelah pada periode yang sama tahun lalu menderita rugi bersih US$168,04 juta.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Jumat (8/5/2015), disebutkan pendapatan usaha perseroan meningkat menjadi US$927,32 juta pada tiga bulan pertama tahun ini dari US$817,41 juta.
Kontribusi terbesar pendapatan usaha berasal dari penerbangan berjadwal senilai US$805,48 juta, naik dari periode Januari-Maret 2014 yang mencapai US$734,97 juta. Penerbangan tidak berjadwal dan pendapatan lainnya masing-masing menyumbang US$39,2 juta dan US$82,64 juta.
Emiten berkode saham GIAA tersebut berhasil menekan beban usaha menjadi US$916,73 juta pada kuartal pertama tahun ini. Padahal, setahun sebelumnya, beban usaha GIAA mencapai US$980,97 juta.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, manajemen GIAA mampu bernafas lega setelah mengantongi laba usaha sebesar US$30,69 juta. Padahal, setahun sebelumnya, Garuda harus menderita rugi usaha sebesar US$195,26 juta.
Garuda berhasil mengantongi laba sebelum pajak US$15,43 juta dari sebelumnya rugi US$209,26 juta. Laba periode berjalan mencapai US$12,41 juta dari sebelumnya rugi US$166,18 juta.
Hingga 31 Maret 2015, total aset Garuda Indonesia mencapai US$3,17 miliar dari akhir tahun lalu US$3,11 miliar. Liabilitas mencapai US$2,29 miliar dari US$2,23 miliar dan ekuitas US$874,22 juta dari US$879,46 juta.