Bisnis.com, JAKARTA— Guru Besar Kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Rokhmin Dahuri menilai upaya pemerintah untuk mengurangi 50% importasi garam merupakan langkah yang baik.
Dia optimis 50% pemangkasan importasi garam tersebut dapat dipenuhi dari garam rakyat lewat program intensifikasi 10.000 hektare lahan sebagaimana diprogramkan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Menurutnya, hal ini dapat terwujud dengan kekompakan dan kecepatan kerja antara pemerintah dan stakeholder lainnya.
“Dengan teknologi bisa. Garam konsumsi tinggal tingkatkan kandungan Nacl saja. Masa penguapannya diperpanjang, kemudian purity-nya. Ada teknologinya,” ujarnya saat ditemui Bisnis.com, Senin (8/6/2015).
Dia menambahkan teknologi yang dapat digunakan bisa berupa geo membran dan teknologi ulir. Menurutnya, berbagai universitas pun sudah dapat menciptakan teknologi ini.
Sebelumnya, pemerintah mulai menggarap intensifikasi terhadap 10.000 hektare lahan garam guna mendukung kebijakan swasembada garam industri yang direncanakan terealisasi pada 2017.
Sepuluh ribu hektare lahan tersebut tersebar di daerah penghasil garam, seperti Madura dan beberapa lokasi di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa.
Intensifikasi lahan garam akan dilakukan dengan melakukan perbaikan saluran, pembuatan kolam air tua, pemasangan geo isolator, dan pengaturan pemanenan garam.
Rencananya, dari program intensifikasi lahan ini akan dapat menghasilkan 1 juta ton garam berkualitas industri atau mensubtitusi impor garam sebanyak 50%. Tahun lalu, impor garam tercatat sekitar 2 juta ton.