Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian (PERHEPI) Bayu Krisnamurthi menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan kenaikan harga pada saat puasa dan lebaran.
Pertama, ada kenaikan permintaan yang diikuti peningkatan harga. Pada saat yang sama, para pedagang juga ingin menikmati masa lebaran. Pemerintah pun memberikan toleransi kenaikan harga yang dianggap wajar pada periode tersebut.
Kedua, ada kemungkinan pedagang melakukan spekulasi. Namun, jika pedagang melakukan spekulasi, biasanya dia akan berhadapan dengan pedagang lain. Jika pedagang menaikkan harga di atas kewajaran, maka konsumen akan pindah ke pesaingnya.
“Ini sering terjadi dinamika, ketika terjadi spekulasi, ini didorong profit taking menjelang musim tertentu. Tetapi sifatnya tidak permanen, tetapi hanya sementara.”
Penyebab ketiga adalah memang terjadi kekurangan pasokan, sehingga harga naik di atas harga yang wajar. Kenaikan harga komoditas pangan pada masa puasa dan lebaran memang harus dilihat secar berimbang dari tiga kemungkinan tersebut.
Kendati pada umumnya terjadi gejolak harga, bukan berarti pada masa puasa dan lebaran harga tidak bisa dikendalikan. Hal tersebut terbukti pada tahun lalu di mana angka inflasi pada masa lebaran hanya mencapai 0,4%.
Pemerintah menurutnya memiliki berbagai pilihan cara untuk menjaga stabilisasi harga, tidak hanya dengan menggunakan intervensi pasar.