Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) akan menyiapkan lahan relokasi bagi warga yang terkena bencana alam di wilayah-wilayah rawan bencana.
"Penyiapan lahannya kalau bisa yang lokasinya dekat dengan masyarakat bermukim," kata Menteri ATR/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan dalam pembukaan satu lokakarya di Jakarta, Kamis (4/6/2015).
Dalam lokakarya bertema Peran Kementerian ATR/BPN dalam Mitigasi Bencana dan Penanganan PascaBencana di Pulau Jawa Bagian Selatan, Ferry menuturkan perencanaan relokasi diharapkan bisa dilakukan sebelum terjadinya bencana alam.
Dengan demikian kerugian yang dialami ketika terjadi bencana alam bisa diminimalkan semaksimal mungkin.
"Dan karena kami ingin lahannya yang dekat dengan bekas tempat bermukim mereka sebelumnya, jadi jika mereka harus pindah saat bencana tidak terlalu berat," katanya.
Dalam pengadaan lahan relokasi, lanjut Ferry, pihaknya akan melakukan alih fungsi tanah negara, termasuk perkebunan dan kawasan hutan. "Bahkan, kalau ada lahan yang harus kami beli, akan kami siapkan," ujanya.
Ferry menjelaskan rencana relokasi warga dari lahan bencana alam akan terlebih dahulu difokuskan di wilayah Jawa bagian selatan.
Menurut dia, kawasan tersebut memiliki potensi bencana alam yang besar meliputi gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor serta banjir.
"Tapi nanti juga akan kami coba untuk wilayah lain seperti di Padang (Sumatera Barat) serta di sekitar Gunung Sinabung (Sumatera Utara)," katanya.
Kementerian ATR/BPN telah memiliki peta kerawanan bencana alam seluruh Indonesia yang nantinya akan disinkronkan dengan peta bencana milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Perkuat Hubungan Emosional Ferry mengatakan pemerintah punya tanggung jawab untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warga negara saat terjadi bencana, termasuk tidak memisahkan mereka secara emosional dengan tanah leluhurnya.
"Memindahkan hidup orang itu tidak mudah karena mereka ingin tetap ada hubungan emosional dengan tanahnya, maka dalam hal ini, kami ingin berperan," katanya.
Menurut dia, hubungan emosional antara manusia dengan tanah yang ditinggalinya sejak lama merupakan dimensi yang tidak bisa dirasionalkan.
Hal itu, kata Ferry, terlihat saat ia pada Maret lalu memberikan sertifikat konsolidasi tanah bagi warga korban letusan Gunung Merapi di DI Yogyakarta.
"Mereka, korban Gunung Merapi itu, bahkan sampai ada yang menangis karena kami berikan sertifikat tanah mereka yang hangus kena lava di lereng gunung. Ikatan emosionalnya besar sekali meskipun mereka sudah direlokasi ke tempat lain," katanya. []