Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Frisian Flag Optimistis Pertumbuhan Bisnis Tetap Positif Tahun Ini

Kendati dibayangi perlambatan ekonomi, produsen susu Frisian Flag Indonesia tetap optimistis bisnis pada tahun ini dapat terus meningkat.
Rupiah/JIBI-Rachman
Rupiah/JIBI-Rachman

Bisnis.com, YOGYAKARTA — Kendati dibayangi perlambatan ekonomi, produsen susu Frisian Flag Indonesia tetap optimistis bisnis pada tahun ini dapat terus meningkat.

Andrew F. Saputro, Head of Corporate Affairs PT Frisian Flag Indonesia, mengatakan performa perusahaan pada kuartal pertama terlihat stabil. Andrew tidak memberikan penjelasan lebih detail mengenai kinerja perusahaan pada tiga bulan pertama tahun ini. "Kami harapkan kinerja pada kuartal berikut akan terus membaik.

Tiga hal yang menjadi fokus untuk mendorong pertumbuhan adalah distribusi, inovasi, dan edukasi," ujar Andrew, seusai acara jalan santai memperingati Hari Susu Sedunia, Minggu (31/5/2015). Frisian Flag Indonesia memasarkan susu cair, susu bubuk, dan susu kental manis dengan merek Frisian Flag, Friso, dan Omela. Kontribusi terbesar terhadap pendapatan perusahaan masih berasal dari produk susu kental manis.

Andrew, mengutip data lembaga riset Nielsen, mengatakan Frisian Flag menguasai lebih dari separuh pangsa pasar susu kental manis. Adapun pangsa pasar untuk susu cair mencapai 10% dan susu bubuk 10%. Perusahaan mengoperasikan dua pabrik yang berlokasi di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur.

Andrew menyebutkan perusahaan tidak memiliki rencana untuk memperluas atau menambah fasilitas produksi pada tahun ini. Perusahaan memproduksi Frisian Flag dan Omela di Indonesia, sedangkan susu untuk pertumbuhan anak Friso diiimpor dari Belanda. Pada semester kedua tahun ini, Frisian Flag Indonesia berencana menambah jenis produk.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyebutkan bahwa pelaku industri merevisi target pertumbuhan industri dari 8% menjadi sekitar 5%-6%. Perubahan ini dipicu oleh perlambatan ekonomi di dalam negeri. Padahal, pertumbuhan kuartal I sektor tersebut mencapai 8,16%. Angka tersebut ditopang oleh berkembangnya industri makanan dan minuman (mamin) skala kecil dan menengah.

“Kalau saya lihat, data produksi industri skala besar untuk makanan pertumbuhannya 2% dan minuman 3% ,” ujar Adhi pada Bisnis, Jumat (29/5/2015). Adapun pertumbuhan untuk industri kecil dan menengah (IKM), Adhi mengatakan, justru sangat positif mencapai angka 9% untuk makanan dan 20% untuk minuman. IKM lebih kuat menghadapi pelemahan ekonomi dibanding industri besar. “IKM itu variasinya lebih banyak, dan meskipun penyebarannya hanya disekitar tempat produksi, tapi jumlah banyak.

Beda dengan industri besar yang penjualannya di market, toko. Bahkan Aprindo mengatakan memang turun pertumbuhannya,” ujar Adhi. Adhi menjelaskan industri besar yang mengeluhkan perlambatan ekonomi biasanya merupakan produsen yang terus memproduksi jenis produk yang sudah lama. Kondisi perusahaan yang baru berinvestasi atau ekspansi produk jauh lebih baik. “Memang kalau industri mamin itu harus ada inovasi, dan itu harus berkelanjutan. Supaya pasar dan konsumen mau coba terus,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper