Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PTPN XI: Ini Strategi Naikkan Laba Pabrik Gula

Dewan Direksi PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) berencana menjadikan pabrik gula (PG) Djatiroto sebagai PG terintegrasi pertama di Jawa pada 2017.
PTPN XI berencana menjadikan pabrik gula Djatiroto sebagai PG terintegrasi pertama di Jawa pada 2017/ILUSTRASI
PTPN XI berencana menjadikan pabrik gula Djatiroto sebagai PG terintegrasi pertama di Jawa pada 2017/ILUSTRASI

Bisnis.com, SURABAYA – Dewan Direksi PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) berencana menjadikan pabrik gula (PG) Djatiroto sebagai PG terintegrasi pertama di Jawa pada 2017.

Integrasi itu akan menggabungkan produksi gula kristal putih (GKP) dengan produk sampingan lain, khususnya etanol dan cogeneration (pembangkit listrik). Diyakini, rencana itu akan menambah penghasilan PG yang terletak di Lumajang itu lebih dari Rp230 miliar.

Direktur SDM dan Umum PTPN XI M. Cholidi mengatakan PD Djatiroto memiliki total HGU seluas 5.400 hektare, sehingga menjadikannya paling ideal utuk mendirikan pabrik produk sampingan seperti alkohol.

“Saat ini, kalau PG hanya bergantung pada penjualan GKP saja, pasti tidak akan untung dan tidak efisien. Harus ada diversifikasi. Limbah etanol, misalnya, bisa disulap menjadi pupuk organik dengan kandungan kalium tinggi yang baik untuk tebu,” katanya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2015).

Pabrik etanol juga menghasilkan CO2 dengan harga bagus, sekitar Rp2.000/kg yang permintaannya cukup tinggi untuk pembuatan dry ice atau penyimpanan ikan segar. Satu liter etanol dapat menghasilkan 0,75 liter CO2.

Namun, CO2 itu harus ditingkatkan ke level food grade untuk menjadikan harga jualnya makin tinggi dan dapat dipasarkan ke pabrik-pabrik minuman berkarbonasi. PG Djatiroto sebenarnya sudah punya pabrik etanol, tapi rancang bangunnya hanya 15 kl/hari.

“Idealnya harus minimal 60 kl/hari. Pada pembangunan tahap awal ini, kami akan naikkan kapasitasnya menjadi 100 kl/hari, lalu nanti pada tahap berikutnya akan ditingkatkan lagi menjadi 150 kl/hari. Djatiroto mungkin sudah bisa produksi etanol pada 2017,” kata Cholidi.

Secara bisnis, lanjutnya, PG Djatiroto menggunakan 1,1 juta tebu dengan rendemen 8% atau setara dengan produksi gula 88.000 ton, yang mana sekitar 60% di antaranya adalah hak PTPN XI sedangkan sisanya milik petani.

Jika dijual dengan harga per kg Rp8.000 saja, keuntungan yang diperolah PG hanya dari penjualan GKP mencapai Rp155 miliar. “Kalau tergantung pada gula saja, ya hanya segitu pendapatan pabrik.”

Padahal, jika sudah dapat diintegrasikan dengan pabrik etanol dan pembangkit listrik, pendapatan pabrik dapat jauh ditingkatkan. Dengan membangun pabrik etanol berkapasitas 100 kl/hari dengan total hari kerja 300 hari/tahun, dapat dihasilkan margin Rp72 miliar.

Sementara itu, dengan membangun pembangkit berkekuatan 20 MW dan hari kerja 300 hari/tahun, dan harga jual per 1 kwh adalah Rp1.150, PG tersebut dapat memperoleh tambahan margin lagi senilai Rp165,6 miliar.

“Kalau seperti itu, otomatis harga pokok produksi kan bisa ringan. Ada banyak penghematan pada sistem kontrol. Investasinya memang besar, tapi akan semakin berat kalau terlambat,” jelas Cholidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper