Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan permintaan ekspor kayu olahan pada kuartal I tahun 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 13,0% (YoY).
Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Endy Dwi Tjahyono mengatakan meskipun mengalami pertumbuhan, namun demikian, nilai harga yang turun tajam sebesar -13,3% (YoY).
"Nilai harga yang turun menyebabkan nilai ekspor kayu olahan kuartal I tahun 2015 mulai tumbuh negatif sebesar -2,2% (YoY)," ujarnya seperti yang dikutip dalam Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Sabtu (16/5/2015).
Penurunan ekspor terjadi untuk tujuan Jepang sebesar 18,5% (YoY) dan China yang turun sebesar 9,2% (YoY) dengan pangsa total 42,2% dari keseluruhan total ekspor kayu olahan.
Sebelumnya, nilai ekspor pada sepuluh komoditas utama mencatatkan pertumbuhan yang menurun sebesar 11% (YoY).
Pelemahan pertumbuhan 10 komoditas utama tersebut akibat semakin melemahnya harga komoditas sebesar 9,2% (YoY) dan penurunan permintaan ekspor 2,0% (YoY).
"Penurunan permintaan ekspor terjadi pada batubara, alat listrik, karet olahan, dan mesin/pesawat mekanik. Di sisi lain, permintaan ekspor minyak nabati, tekstil dan produk tekstil (TPT), barang dari logam tidak mulia, makanan olahan, kendaraan dan bagiannya, dan kayu olahan meningkat," kata Endy.
Seperti diketahui, ekspor non migas pada kuartal I 2015 mencapai US$33,07 miliar, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2014 senilai US$35,82 miliar dan kuartal IV tahun 2014 yang mencapai US$36,56 miliar.