Bisnis.com, BANDUNG - PT Star Energy menghentikan perjanjian penjualan listrik ke PT PLN akibat insiden longsor di Kampung Cibitung, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Selasa (5/5/2015).
Akibat longsor, pipa panas bumi milik Star Energy bergeser dan putus. Akibatnya, uap yang keluar dari pipa tersebut ikut tertimbun sehingga terjadi seperti ledakan.
Karena yang terkena longsor adalah pipa yang menuju lokasi pembangkit, maka operasi Star Energy unit 1 dan 2 yang menghasilkan energi listrik berkapasitas 227 MW dihentikan secara total.
Presiden Direktur PT Star Energy Rudy Suparman mengatakan, sejauh ini pihaknya belum memperkirakan sampai kapan produksi eneri panas bumi atau geothermal dihentikan. Karena saat ini, pihaknya tengah fokus mencari korban yang diduga masih tertimbun material longsor.
"Kami pun belum bisa memperkirakan berapa kerugian yang ditimbulkan akibat terputusnya pipa uap tersebut," katanya, kepada Bisnis, Rabu (6/5/2015).
Pihaknya terus mendukung upaya evakuasi yang dilakukan BPBD dibantu personel TNI/Polri. Di samping itu, pihaknya juga mempersiapkan tenaga teknik sipil guna memperbaiki pipa apabila pencarian sudah selesai dilakukan.
Terputusnya pipa dan menimbulkan korban jiwa di lokasi longsor merupakan pertama kalinya dialami oleh anak perusahaan Star Energy Group itu. Dengan kejadian ini, pihaknya berharap semua pihak tidak mendapatkan informasi yang menimbulkan kesalahpahaman.
"Karena akan jadi rancu kalau longsor ini disebabkan oleh pipa yang meledak. Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti digunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi," ucapnya.
Perseroan pun turut mengalami kerugian akibat longsor tersebut. Meski begitu, perseroan tetap berkomitmen membantu para korban termasuk memfasilitasi dan membantu upaya evakuasi warga korban longsor tersebut.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Bandung menyebutkan ada lima korban yang hingga kini belum ditemukan dan diperkirakan masih tertimbun material tanah longsor di Kampung Cibitung yang memang rawan terjadinya pergeseran tanah.
Kepala BPBD Kab Bandung Marlan menyebutkan, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam itu mencapai empat orang dan delapan orang mengalami luka-luka baik ringan dan berat sehingga harus dilarikan ke RS Al Ihsan Baleendah.
"Untuk harta benda sedikitnya lima unit rumah yang mengalami rusak parah akibat longsor tersebut, dari total 11 rumah yang terkena longsor," ujarnya.
Sementara itu, untuk memaksimalkan proses pencarian jasad korban yang masih dinyatakan hilang, sedikitnya 200 orang disiagakan untuk melakukan evakuasi korban pada Rabu (6/5) pagi.
Dandim 0609 Kabupaten Bandung Letkol ARH Tri Sugianto, menyebutkan, pencarian akan difokuskan pada tiga titik yaitu lokasi pemukiman, titik kedua di kolam pemancingan, dan titik ketiga di hutan pinus.
"Pencarian ini dilakukan tidak dibatasi waktu, selama kita masih melihat, pencarian akan terus dilakukan," ujarnya.
Pencarian di titik pertama dan kedua akan menggunakan alat berat berupa excavator. Mereka yang terlibat dalam pencarian ini terdiri dari pihak kepolisian, TNI-AD, Basarnas dan juga BPBD Kabupaten Bandung.