Bisnis.com, JAKARTA— Pameran Asian Paper 2015 diselenggarakan untuk pertama kalinya di Indonesia yang dilangsungkan pada 28 – 30 April menjadi salah satu pameran yang mengakomodir industri pulp, kertas dan karton.
Pameran ini diikuti oleh 70 perusahaan internasional yang berasal dari 14 negara, termasuk sebuah paviliun nasional dari Perancis. Agenda yang diselenggarakan di Jakarta International Expo, juga akan dihadirkan banyak delegasi dari pabrik-pabrik pulp, kertas dan tisu di Myanmar.
Diselenggarakan bersamaan dengan Asia Paper Exhibition, Konferensi Teknologi Terapan Baru (NAT) akan diselenggarakan dan melingkupi berbagai teknologi baru dalam industri pulp, kertas dan karton.
“Secara khusus, pameran ini untuk memenuhi kebutuhan industri pulp dan kertas, dan memberikan kesempatan untuk bertemu para pemain internasional untuk saling bertukar akses terbaru dalam hal bahan baku dan teknologi”, kata Senior Vice-President UBM Asia Ltd Christopher Eve dalam keterangan pers, Selasa (28/4/2015).
Penyelenggaraan pameran industri kertas ini, menjadi tantangan tersendiri di kala kinerja industri sedang panas-dingin. Pasalnya, pelaku industri pesimis kinerja tahun ini berakhir dengan pertumbuhan kinerja, setelah realisasi kuartal I/2015 turun 30%-40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan mengatakan penyebab utama merosotnya kinerja industr adalah sepinya permintaan dunia, baik untuk pulp maupun kertas. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi China menjadi penyebab lain.
“Sekarang China menjual kertas dengan harga sesukanya. Ditambah lagi stok produk dipasar tidak habis dalam tiga bulan,” tuturnya.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, kebutuhan kertas di kancah global kini berkisar 394 juta ton. Jumlah ini diyakini tumbuh 24,4% menjadi 490 juta ton pada 2020.
Konsumsi kertas di dunia diramalkan tumbuh rerata 2,1% per tahun, sedangkan pasar negara-negara berkembang naik 4,1% per tahun dan negara maju 0,5%.