Bisnis.com, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) merenegosiasikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan perseroan telah bertemu dengan Direksi PLN untuk membicarakan renegosiasi tersebut. Pihaknya akan membuka data penjualan BBM untuk pembangkit listrik.
"Kita udah ketemu PLN, nanti kami akan open book," katanya di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Dia menjelaskan renegosiasi diperlukan karena Pertamina menderita kerugian sebesar US$211 juta dollar dari menjual BBM untuk pembangkit listri tenaga diesel (PLTD). Kerugian terjadi karena BUMN Migas itu menjual BBM kepada PLN dengan patokan harga 105% dari harga BBM di Singapura (Mean of Platts Singapore/MoPS).
Dengan patokan itu, tambahnya, Pertamina tidak mengalami kerugian dari penjualan BBM untuk pembangkit yang berlokasi di Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Namun, untuk lokasi luar Jawa dan Sumatra, Pertamina mengalami kerugian. Kerugian kian banyak untuk penjualan BBM di daerah-daerah terpencil.
Persoalan semakin pelik ketika PLN mengkonversi PLTD ke energi gas dan bahan bakar minyak dk Jawa dan Sumatra. Alhasil, Pertamina hanya menjual BBM ke PLN untuk wilayah luar Jawa yang terpencil, yang tidak terdapat sumber gas dan batu bara.
"PLN maunya sama [harga di Jawa-Sumatra dan daerah terpencil], kami repot, rugi di sana," ujarnya.
Dia mengungkapkan adanya disparitas harga antara di Jawa dan Luar Jawa merupakan hal yang wajar. Produk lain seperti semen dan beres juga lebih mahal di Luar Jawa.
Pertamina saat ini memasok 4 hingga 4,5 juta kiloliter solar kepada PLN. Secara umum, Pertamina menderita kerugian sebesar US$212 juta sepanjang Januari hingga Februari dari seluruh lini bisnis. Kerugian pada Januari mencapai US$107 juta dan Februari US$105 juta.
Kerugian di bisnis hilir sepanjang Januari hingga Februari 2015 mencapai US$368 juta. Pada kuartal I/2015, Pertamina telah mencatatkan keuntungan sebesar US$28 juta.