Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mei, Jatim Diperkirakan Alami Puncak Panen Padi

Puncak panen padi di Jatim tahun ini diperkirakan berlangsung pada Mei 2015, mundur satu bulan bila dibandingkan tahun lalu.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, MALANG—Puncak panen padi di Jatim tahun ini diperkirakan berlangsung pada Mei 2015, mundur satu bulan bila dibandingkan tahun lalu.

Kepala Bulog Malang Arsyad mengatakan tahun lalu puncak panen padi April sehingga penyerapan beras mencapai angka tertinggi pada bulan tersebut.

“Namun tahun ini puncak panen padi pada Mei karena musim tanamnya mundur satu bulan sehingga pasokan beras di pasar pada April masih belum banyak,” kata Arsyad di Malang, Senin (20/4/2015).

Panen padi di sentra-sentra produksi masih bersifat sporadis. Indikator sederhananya, harga beras masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

Di Kab. Malang, kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat Tomie Herawanto, harga gabah kering giling (GKG) masih sekitar Rp4.500 per kg, lebih tinggi dari HPP yang sebesar Rp3.700 per kg.

Di Pasuruan, harga GKG ada yang dijual Rp3.700 per kg, namun petani masih enggan melepas gabahnya.

“Jadi harga gabah masih bagus Pasuruan dan Malang yang masuk wilayah kerja Kantor Subdivre Bulog Malang,” katanya.

Dia memperkirakan, pada Mei pasokan beras di sentra-sentra produksi di Jatim akan banyak.

Karena itulah, pasokan beras Bulog pada bulan itu akan tinggi.

Dia memperkirakan penyerapan Bulog bisa mencapai 30.000 ton atau 60% dari target pengadaan sepanjang 2015 yang dipatok 50.000 ton.

Sisanya akan dipenuhi pengadaan beras pada musim panen gadu.

Dia optimistis, pengadaan beras sebesar itu bakal tercapai. Indikator sederhananya, saat pasokan beras tidak terlalu banyak, harganya tidak terlalu terpaut jauh dengan HPP, yakni di kisaran Rp7.400-Rp7.500 per kg untuk kualitas medium.

Dengan membanjirnya beras di pasar, otomatis harganya berpotensi turun sehingga peluang Bulog menyerap beras menjadi tinggi.

Hal itu terjadi karena Bulog mempunyai keunggulan bila dibandingkan pedagang besar beras, yakni dapat menyerap beras dalam jumlah besar dan pembayaran cepat.

Petani, terutama pedagang besar beras, akan melepas berasnya karena mereka akan mengejar beras hasil panen musim berikutnya.

Jika beras terus ditahan mereka akan merugi karena kualitasnya yang terus menurun dan memerlukan biaya yang tidak kecil untuk perawatannya.

Sampai pertengahan April, menurut dia, penyerapan beras oleh Bulog Malang sudah mencapai 1.500 ton.

Dari sisi target penyerapan sebesar 50.000 ton, angka itu tidak besar namun dari penyerapan antarsubdivre Bulog di Jatim, pencapaiannya cukup bagus karena menempati posisi ke-6.

Untuk mempercepat penyerapan beras, Bulog mengaktifkan Satgas Pengadaan Beras, menggandeng perusahaan penggilingan beras, gabungan kelompok tani, dan perusahaan pemasok beras atau perusahaan mitra.

“Yang menggembirakan, mitra yang sebelumnya tidak aktif tahun ini aktif lagi. Artinya ada ekspetasi mereka akan mendapatkan beras di pasar dengan yang masih dalam jangkauan HPP,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper