Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOTA BATU: Potensi Panen Padi Organik Capai 10 Ton/Hektare

Potensi panen padi organik di Kota Batu, Jawa Timur, bisa mencapai 8-10 ton per hektare. Potensi tersebut telah diuji coba melalui demplot yang dilakukan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Batu dengan kelompok tani.
Untuk menekan masyarakat agar tidak menjual lahan pertaniannya, Pemkot Batu terus menggiatkan budi daya pertanian organik, termasuk padi./Bisnis.com
Untuk menekan masyarakat agar tidak menjual lahan pertaniannya, Pemkot Batu terus menggiatkan budi daya pertanian organik, termasuk padi./Bisnis.com

Bisnis.com, BATU-Potensi panen padi organik di Kota Batu, Jawa Timur, bisa mencapai 8-10 ton per hektare. Potensi tersebut telah diuji coba melalui demplot yang dilakukan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Batu dengan kelompok tani.

Kepala Distanhut Kota Batu, Sugeng Pramono, mengatakan uji coba demoplot tersebut dilakukan bersama kelompok tani di Desa Pendem Kecamatan Junrejo.

“Untuk merealisasikan sepenuhnya pertanian organik memang membutuhkan waktu, sehingga pada tahap awal yang kami lakukan adalah membuat kawasan pertanian organik terlebih dahulu,” kata Sugeng, Rabu (8/4/2015).

Menurutnya guna mengedukasi petani di Batu diperlukan demplot-demplot pertanian organik. Setelah melihat hasilnya diharapkan petani akan menerapkan atau beralih ke pertanian organik.

Ditambahkan areal pertanian padi di Kota Batu sangat terbatas dan sejauh ini hanya diusahakan di desa Pendem dan kelurahan Dadaprejo kecamatan Junrejo. Diharapkan areal pertanian padi tersebut tidak menyusut karena alihfungsi lahan.

Pihaknya optimistis kalau hasil pertanian padi menguntungkan, masyarakat tentu tidak akan berfikir untuk menjual tanahnya ke investor. “Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan selama ini berdampak negatif terhadap kesuburan tanah pertanian di Batu,” jelas dia.

Penggunaan pupuk kimia juga membuat tanah akan cenderung keras, mematikan unsur mikroba dan secara perlahan namun pasti membuat lahan pertanian menjadi tidak subur lagi.

Pupuk kimia sifatnya memang instan. Sehingga penggunaan dalam jangka panjang justru akan merusak struktur dan kesuburan tanah. Berbeda dengan pupuk organik yang justru akan menjaga kesuburan tanah.

“Karena setiap pemberian pupuk organik akan memacu pertumbuhan mikroba dalam tanah,” ujarnya.

Jika dirata-rata lanjut dia biaya penggunaan pupuk kimia per hektare mencapai lebih dari Rp2 juta. Sementara kalau menggunakan pupuk organik, biayanya bisa ditekan hingga 50%.

Tingginya biaya produksi khususnya tanaman padi menyebabkan masyarakat cenderung menjual lahan pertaniannya. Hal itu disebabkan karena pertanian padi dinilai sudah tidak menguntungkan lagi.

“Hal ini banyak dirasakan oleh para petani di Batu. Apalagi harga tanah  terus melambung seiring dengan tingginya investasi yang masuk,” tambah dia.

Untuk menekan masyarakat agar tidak menjual lahan pertaniannya, Pemkot Batu terus menggiatkan budi daya pertanian organik, termasuk padi.
Sebab pertanian organik menjanjikan keuntungan berlipat. Selain biaya produksinya relatif bisa ditekan, hasil produksi dan nilai jualnya juga lebih menjanjikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Sofi’I
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper