Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Kian Liberal, Rakyat Jateng Tak Mampu Beli Rumah Murah

Kebijakan pemerintah meliberalkan harga bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan penjualan rumah sederhana di Jawa Tengah mengalami kelesuan pada kuartal I/2015.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG - Kebijakan pemerintah meliberalkan harga bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan penjualan rumah sederhana di Jawa Tengah mengalami kelesuan pada kuartal I/2015.

Andi Kurniawan, Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jateng bidang Rumah Sederhana, mengatakan kondisi perekonomian secara makro di Indonesia saat ini sangat terasa bagi para pengembang rumah sederhana.

Dia mengatakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang menjadi konsumen rumah sederhana yang menikmati kredit pemilikan rumah (KPR) dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) saat ini menunda membeli rumah karena kebutuhan hidup kian mahal.

“Di kuartal I penjualan [rumah sederhana] cenderung lesu,” papar Andi kepada Bisnis di sela-sela acara penutupan pameran REI di Semarang, Selasa (7/4/2015).

Menurutnya, kelesuan penjualan rumah sederhana akan berlangsung hingga pertengahan tahun yang bertepatan dengan masa awal tahun pelajaran sekolah.

Kendati di awal tahun lesu, pihaknya optimistis penjualan akan terdongkrak pada kuartal III dan kuartal IV seiring dengan kebijakan pemerintah bekerja sama dengan lembaga perbankan memberlakukan uang muka 1% bagi MBR dan sejumlah PNS.

Tahun ini, REI di Jateng agresif membangun rumah tapak sederhana sebanyak 10.000 unit atau naik 20% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu di angka 8.000 unit. Saat ini, pembangunan hunian bersubsidi di Jateng terealisasi 3.000 unit terhitung sampai akhir Maret 2015.

Andi mengakui pengembang rumah sederhana terbantu dengan rencana penurunan uang muka dari 10% menjadi 1%. Saat ini, perbankan yang siap melaksanakan program itu yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

“Dengan uang muka 1%, tenor kredit juga diperpanjang hingga 25 tahun-30 tahun dengan asumsi angsuran Rp500.000-Rp600.000/bulan. Kami berharap penjualan akan meningkat tajam,” papar Andi.

Penurunan uang muka 1%, tuturnya, menunggu petunjuk teknis dari Kementerian Keuangan dan lembaga perbankan yang fokus membiayai sektor properti. Kebijakan tersebut mengacu pada komitmen pemerintahan Joko Widodo mewujudkan pembangunan 1 juta unit rumah dalam kurun satu tahun ini.

Andi memaparkan wilayah Jateng yang berpotensi untuk pengembangan hunian sederhana yakni Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal. Kendati demikian, ujarnya, para pengembang juga mengincar kabupaten/kota lain di wilayah ini.

Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Djoko Santoso mengatakan pengembang yang membangun hunian kelas menengah ke atas tidak begitu terdampak pada kondisi perekonomian saat ini.

Hal ini terlihat dari pameran REI yang digelar di Semarang pada akhir Maret-awal April 2015. Penjualan rumah kelas menengah dari harga Rp150 juta hingga Rp600 juta bisa menembus 61 unit dalam kurun satu pekan.

“Pengaruh makro untuk rumah kelas menengah sangat kecil. Pada bulan ke empat bahkan ada kenaikan penjualan [hunian menengah] dari bulan sebelumnya,” ujarnya.

Kepala Cabang BTN Semarang Dante S Nugroho mengatakan uang muka 1% sementara ini diperuntukkan untuk pembangunan rumah susun dilingkup perkotaan, sementara rumah tapak bisa dibangun di wilayah pinggiran atau perdesaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper