Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Bandeng Terus Merosot

Ekspor bandeng beberapa waktu terakhir terus merosot akibat harga yang terlalu mahal dibandingkam dengan pasokan negara lain.

Bisnis.com, BANDUNG--Ekspor bandeng beberapa waktu terakhir terus merosot akibat harga yang terlalu mahal dibandingkam dengan pasokan negara lain.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusahan Pengelolaan dan Pemasaran Produk Ikan Indonesia (AP5I) Johan Suryadarma mengatakan harga ikan bandeng Indonesia saat ini memang mahal.

Namun, kendalanya ada pada keengganan penjual untuk menurunkannya saat harganya harus turun.

"Akibatnya banyak negara luar yang lebih memilih membeli ke Malaysia dan Filipina," ujarnya kepada Bisnis, Senin (6/4).

Johan mencontohkan kelemahan penjualan di Indonesia semisal pada harga  produksi Rp30.000 per kilogram lalu dijual Rp100.000 per kilogram. Akan tetapi, penjual enggan menurunkan hingga Rp80.000 saja, padahal hal itu merupakan strategi pemasaran.

Dia menjelaskan kondisi itu menyebabkan ekspor bandeng dari Indonesia semakin kalah bersaing dengan negara tetangga.

"Hampir di semua produk seperti itu, terutama di perikanan. Ketika harus naik, ikut naik. Ketika turun tidak mau. Makanya Malaysia dan Filipina jadi lebih dipilih karena harga lebih murah kualitas sama," ujarnya.

Dia menjelaskan hal terpenting yang harus dipikirkan yakni bagaimana efektivitas pemasaran, karena  persaingan bandeng bukan hanya sesama produsen di Indonesia melainkan mendunia. Jika strategi tidak ada, daya saing menjadi nihil saat harga turun.

Selain itu, Johan menambahkan, selisih ongkos kapal pengangkutan hasil bandeng dari Indonesia ke luar pun ikut mempengaruhi. Pasalnya, ada selisih sekitar Rp10.000-15.000 lebih mahal daripada ongkos dari negara lain.

Dia pun mengharapkan rencana pemerintah membangun tol laut segera terealisasi, serta sarana transportasi lainnya baik lewat laut, darat maupun udara.

Secara terpisah, Kabupaten Indramayu yang merupakan daerah penghasil bandeng terbesar di Jawa Barat masih nihil pengolahannya.

Ketua HSNI Jabar Ono Surono menilai Indramayu menilai hingga kini industri pengolahan ikan bandeng di Indramayu belum ada.

Padahal, jika ikan bandeng diolah terlebih dulu lewat industri maka akan menjadi nilai tambah bagi masyarakat.

"Hasil bandeng masih dijual per satuan oleh petambak. Belum adanya pengolahan bandeng sebelum dipasarkan menjadi sebuah kekurangan dalam industri ini," ujarnya.

Bahkan, menurutnya hampir di semua daerah di Jabar tidak ada pengolahan untuk hasil perikanan darat.

”Pengolahannya masih secara tradisional, belum ada inovasi pngolahan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper