Bisnis.com, DENPASAR - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengungkapkan sejumlah investor asal China menyatakan ketertarikannya terlibat dalam proyek konstruksi di Pulau Dewata.
Ketertarikan investor asal Negara Tirai Bambu tersebut diketahuinya ketika berkunjung ke Provinsi Yunnan dan Hainan. Namun, ketertarikan itu masih sangat awal dan belum dalam tahap detil proyek yang diminati.
"Ada sangat banyak, terutama inginnya ke infrastruktur. Mungkin karena dana mereka sangat banyak dan di sini akan banyak rencana proyek infrastruktur sehingga tertarik," ujarnya, Minggu (5/4/2015).
Dia menyebutkan rencana pendirian Asia Infrastructure Invesment Bank (IAAB) yang dimotori China dengan penyertaan modal dari negara-negara maju juga berpotensi dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di Bali. Pihaknya akan menindaklanjuti ketertarikan itu dengan memberikan informasi secara detil rencana proyek yang akan direalisasikan Pemprov Bali.
Menurutnya, pihaknya terbuka bagi semua investor yang berminat menanamkan modal. Pastika menegaskan dana yang dimiliki pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur sangat terbatas sehingga kedatangan investor sangat membantu.
Sebagai gambaran, sejumlah infrastruktur yang dicanangkan Pemprov Bali saat ini, seperti jalan bebas hambatan Kuta-Tanah Lot-Soka, Bandara baru di Kabupaten Buleleng, Pelabuhan Tanah Ampo di Kabupaten Karangasem, Dermaga Gunaksa di Kabupaten Klungkung. Selain itu, saat ini sedang dimatangkan rencana pembangunan jalur kereta api untuk mendukung pariwisata, dan pembangunan Rumah Sakit Internasional, serta SMK Bali Mandara.
Bisnis mencatat setidaknya ada dua perusahaan asal China yang telah menyatakan ketertarikan mendanai proyek infrastruktur di Bali, yakni China State Construction Engineering Corporation Ltd (CSCEC), dan Yingli Green Energy. Kepala Bappeda Bali I Putu Astawa menuturkan manajemen China State Construction sudah mendatangi Kantor Gubernur Bali untuk memperkenalkan diri.
Salah satu proyek yang mendapat perhatian perusahaan itu adalah rencana pembangunan bandara Bali Utara. Dia mengungkapkan CSCEC belum secara jelas menjawab tawaran itu, tetapi menyatakan akan melakukan studi terlebih dulu.
Adapun Yingli, tertarik membangun pembangkit listrik tenaga surya berkekuatan 25 MW senilai Rp1,4 triliun di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Rudiyanto, Ketua Komite Perdagangan Indonesia-China dan Asean Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, mengatakan ketertarikan investor itu karena pulau yang terpisah dari daratan Bali tersebut saat ini kekurangan daya listrik sehingga banyak pengusaha yang berinvestasi di daerah itu belum dapat membangun akomodasi.
Rudi mengungkapkan secara formal sejumlah investor China memang sangat tertarik berinvestasi di Bali. Bahkan, mereka sudah siap mendanai proyek-proyek bernilai triliunan rupiah tersebut.
Hanya saja, lanjutnya, belum semua investor masuk, karena masih menunggu skema pendanaan yang akan diatur pemda. Dia menegaskan hampir sebagian besar investor meminta jaminan dari pemda terkait kelangsungan investasi, dan diberikan kesempatan sebagai pemrakarsa.
"Mereka mau mendanai semua proyek dan berapapun nilai siap. Hanya itu permintaanya, jaminan dari pemerintah daerah terkait skema pendanaan harus jelas dan kesiapan mencicil juga," jelasnya.