Bisnis.com, JAKARTA—Rusia diyakini tengah mempersiapkan diri untuk membongkar dominasi Indonesia dan Australia di pasar batu bara thermal kawasan Pasifik, menyusul depresiasi nilai tukar rubel yang mendongkrak daya saing batu bara Negeri Beruang Merah tersebut.
Konsultan energi global Wood Mackenzie mengungkapkan ekspor batu bara thermal Rusia ke Pasifik telah naik sekitar 8 juta ton dengan produksi yang melompat 17% ke rekor baru 200 juta ton. Kombinasi depresiasi rubel dan harga yang rendah mengerek market share batu bara Rusia di dunia menjadi 35%.
Sementara itu, gabungan batu bara thermal Indonesia dan Australia menguasai 80% dari total permintaan 760 juta ton di kawasan Pasifik. “Rusia sedang menggerogoti market share suplier-suplier besar,” kata Kiah Wei Giam, analis senior Woodmac Asia-Pacific, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Kamis (2/4)
Dia menambahkan dengan kedekatan geografis Rusia dengan kawasan Asia Timur, yang secara tipikal adalah pemakan batu bara dalam jumlah besar, Rusia sangat potensial menggeser dominasi batu bara thermal Indonesia & Australia.
Menurut Giam, secara relatif, batu bara thermal Australia masih bisa bersaing dengan batu bara Russia mengingat kebijakan Bank Sentral Australia yang sepanjang 12 bulan terakhir telah melemahkan nilai tukar mata uangnya sebanyak 16% terhadap dolar AS.
Sebaliknya, perusahaan batu bara di Indonesia hanya mendapatkan sedikit manfaat karena sebagian besar biaya pengoperasian tambangnya masih dalam denominasi dolar AS. “Kurs rubel yang susut 70% terhadap dolar AS adalah alasan kenapa Indonesia dan Australia harus mewaspadai Rusia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel